`Ilm dan Ikhlas dalam al-Qur'an

`Ilm dan Ikhlas dalam al-Qur'an

‘ILM
A.    ‘Ilm Terulang dalam Al-Qur’an
Kata ‘ilm dalam al-Qur’an setidaknya terulang sebanyak sebanyak 845 kali dengan 77 macam bentuknya, yang terdapat dalam:
Surat: al-faatihah (ayat: 2), al-baqarah (ayat: 13, 22, 26, 29, 30, 30, 31, 32, 32, 32, 33, 42, 47, 60, 65, 75, 77, 77, 78, 80, 95, 101, 102, 102, 102, 102, 102, 103, 106, 107, 113, 115, 118, 120, 122, 127, 129, 131, 137, 140, 143, 144, 145, 146, 151, 151, 151, 158, 169, 181, 184, 187, 188, 197, 197, 209, 215, 216, 216, 220, 223, 224, 227, 230, 231, 231, 232, 232, 233, 235, 235, 235, 235, 239, 239, 244, 244, 246, 247, 247, 251, 251, 255, 255, 256, 259, 260, 261, 267, 268, 270, 273, 280, 282, 282, 283), ali ‘Imran (ayat: 7, 7, 18, 19, 29, 29, 33, 34, 35, 36, 42, 48, 63, 66, 66, 66, 66, 71, 73, 75, 78, 92, 96, 97, 108, 115, 119, 121, 135, 140, 142, 142, 154, 164, 166, 167, 167, 167), an-nisa (ayat: 11, 12, 17, 24, 25, 26, 32, 35, 39, 43, 45, 63, 70, 83, 92, 104, 111, 113, 113, 127, 147, 148, 157, 162, 166, 170, 176), al-maidah (ayat: 4, 4, 20, 28, 34, 40, 54, 61, 76, 92, 97, 97, 97, 98, 99, 104, 109, 113, 115, 116, 116, 116), al-an’am (ayat: 3, 3, 13, 33, 37, 45, 50, 53, 58, 59, 59, 59, 60, 67, 71, 80, 81, 83, 86, 90, 91, 91, 96, 97, 100, 101, 105, 108, 114, 115, 117, 117, 119, 124, 128, 135, 139, 140, 143, 144, 148, 162), al-a’raf (ayat: 7, 28, 32, 33, 38, 52, 54, 61, 62, 62, 67, 75, 80, 89, 104, 109, 112, 121, 123, 131, 140, 160, 182, 187, 187, 187, 188, 200), al-anfal (ayat: 17, 23, 24, 25, 27, 34, 40, 41, 42, 43, 53, 60, 61, 66, 70, 71, 75), at-taubah (ayat: 2, 3, 6, 11, 15, 16, 28, 36, 41, 42, 43, 44, 47, 60, 63, 78, 78, 78, 93, 94, 97, 97, 97, 101, 101, 103, 104, 105, 106, 110, 115, 123), yunus (ayat: 5, 5, 10, 18, 36, 37, 39, 40, 55, 65, 68, 79, 89, 93), hud (ayat:5, 5, 6, 14, 14, 31, 39, 46, 47, 93), yusuf (ayat: 6, 6, 19, 21, 22, 34, 37, 40, 44, 46, 50, 52, 55, 68, 68, 68, 76, 76, 77, 83, 87, 96, 100, 104),  ar-ra’d (ayat: 8, 9, 19, 33, 37, 42, 42, 43), ibarahim (ayat: 9, 38, 52), al-hijr (ayat: 3, 4, 21, 25, 38, 53, 70, 86, 96, 97), an-nahl (ayat: 8, 16, 19, 23, 25, 27, 28, 30, 38, 39, 41, 43, 55, 56, 70, 70, 70, 74, 74, 75, 78, 95, 101, 101, 103, 125, 125), al-isra’ (ayat: 22, 25, 36, 47, 54, 55, 84, 85), al-kahfi (ayat: 5, 12, 19, 21, 21, 22, 22, 26, 65, 65, 66, 66), Maryam (ayat: 43, 70, 75), thaha (ayat: 7, 52, 71, 97, 104, 110, 114, 135), al-anbiya (ayat: 4, 4, 7, 24, 28, 39, 51, 65, 74, 79, 81, 81, 91, 107, 110, 110), al-hajj (ayat: 3, 5, 5, 8, 28, 52, 54, 54, 68, 70, 70, 71, 76), al-mu’minun (ayat: 51, 84, 88, 92, 96, 114), an-nur (ayat: 15, 18, 19, 19, 21, 25, 28, 29, 32, 33, 35, 41, 41, 58, 59, 60, 63, 64, 64), al-furqan (ayat: 1, 6, 42), asy-syu’ara (ayat: 16, 23, 34, 37, 38, 39, 47, 49, 77, 98, 109, 112, 127, 132, 145, 155, 164, 165, 180, 188, 192, 197, 197, 220, 227), an-naml (ayat: 6, 8, 15, 16, 25, 40, 42, 44, 52, 61, 65, 66, 74, 78, 84), al-qhashash (ayat: 13, 13, 14, 30, 37, 38, 41, 50, 56, 57, 64, 66, 69, 75, 78, 78, 80, 85), al-ankabut (ayat: 3, 3, 5, 6, 8, 10, 10, 11, 11, 15, 28, 32, 42, 45, 49, 52, 60, 62), ar-rum (ayat: 6,7, 22, 29, 30, 34, 54, 56, 56, 59), luqman (ayat: 6, 15, 20, 23, 25, 34, 34, 34), as-sajadah (ayat: 2, 6, 17), al-ahzab (ayat: 1, 5, 18, 23, 40, 50, 51, 51, 54), saba (ayat: 2, 3,6, 14, 21, 26, 288, 36, 48), fathir (ayat: 11, 28, 38, 38, 44), yasiin (ayat: 16, 26, 36, 38, 69, 76, 79, 81), ash-shaffat (ayat: 41, 79, 87, 158, 164, 170, 182), shad (ayat: 69, 81, 87, 88), az-zumar (ayat: 8, 9, 9, 26, 29, 39, 46, 49, 49, 52, 70, 75), al-mu’min (ayat: 2, 7, 19, 42, 57, 64, 65, 66, 70, 83), fushshilat (ayat: 3, 9, 12, 22, 36, 47, 47), asy-syura (ayat:12, 14, 18, 24, 25, 32, 35, 50), az-zukhruf (ayat: 9, 20, 46, 61, 84, 85, 86, 89), ad-dukhan (ayat: 6, 14, 32, 32, 39), al-jatsiyyah (ayat: 9, 16, 17, 18, 23, 24, 26, 36), al-ahqaf (ayat: 8), Muhammad (ayat: 16, 19, 19, 26, 30, 31), al-fath (ayat: 4, 18, 25, 25, 26, 27, 27), al-hujjurat (ayat: 1, 8, 8, 13, 16, 16, 16, 18), qaf (ayat: 4, 16, 45), adz-dzariayat (ayat: 28, 30), at-thur (ayat: 47), an-najm (ayat: 5, 28, 30, 30, 30, 32, 32, 35), al-qamar (ayat: 26), ar-rahman (ayat: 2, 4, 24), al-waqi’ah (ayat: 50, 59, 61, 62, 76, 80), al-hadid (ayat: 3, 4, 6, 11, 16, 20, 25, 29), al-mujadilah (ayat: 7, 7, 14), al-hasyr (ayat: 22), al-mumtahanah (ayat: 1, 10, 10, 10), ash-shaff (ayat: 5, 11), al-jumuah (ayat: 2, 7, 8, 9), al-munafiquun (ayat: 1, 8), al-taghabun (ayat: 4, 4, 4, 11, 18), at-thalaq (ayat: 12, 12), at-tahrim (ayat: 2, 3), al-mulk (ayat: 13, 14, 17, 26, 29), al-qalam (ayat: 7, 7, 33, 44, 52), al-haqqah (ayat: 39, 43), al-ma’arij (ayat: 39, 24), nuh (ayat: 4), al-jinn (ayat: 24, 26, 28), al-muzzamil (ayat: 20, 20, 20), al-muddatsir (ayat: 31), al-insan (ayat: 30), an-naba’ (ayat: 4, 8), at-takwir (ayat: 14, 27, 29), al-infithar (ayat: 5, 12), al-muthaffifin (ayat: 6), al-insyiqaq (ayat: 23), al-a’la (ayat: 7), al-‘alaq (ayat: 4, 5, 5, 15), al-‘adiyati (ayat: 9), at-takatsur (ayat: 3, 4, 5, 5).
B.     Makna ‘Ilm dalam Al-Qur’an
a.       Makna Asli ‘Ilm
Kata علم (dibaca: ‘ilm) dalam kaidah bahasa arab, berasal dari kata علم – يعلم – عاما  (dibaca: ‘alima – ya’lamu – ‘ilman), yang berarti “mengetahui”. Dan kata علم (dibaca ‘ilm atau ‘ilmun) sendiri mempunyai arti “pengetahuan”, atau “ilmu”.
b.      Ragam Makna ‘Ilm dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an menggunakan kata علم dengan 77 macam bentuknya, setidaknya terdapat beberapa pengelompokan terhadap makna dari ‘Ilm.
Pertama, “mengetahui”, baik memiliki satu ataupun banyak pelaku. Seperti dalam surat al-mumtahanah ayat 10:
... فان علمتموهن مؤمنات فلا ترجعوهن الى الكفار ...
“Jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman, maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada orang-orang kafir (suami-suami mereka)…”.
Kedua, “mengajarkan” atau “memberitahukan”. QS al-hujjrat ayat 16:
قل أتعلمون الله بدينكم ...
“katakanlah, (kepada mereka), “apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang agamamu …””.
Ketiga, “ilmu” atau “pengetahuan”. QS al-mujadalah ayat 11:
يرفع الله الذين امنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات
“… niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat”.
Keempat, “Maha Mengetahui”, perbedaan dengan yang sebelumnya dalam hal subjeknya. Yaitu Allah. QS al-jinn ayat 26:
عالم الغيب فلا يظهر على غيبه احدا
“Dia yang Maha Mengetahui yang ghaib, tetapi tidak memperlihatkan kepada siapa pun tentang yang ghaib itu …”.

Kelima, “bukti” atau “pertanda”. QS al-zukhruf ayat 61:
وانه لعلم للساعة فلا تمترن ...
“Dan Sungguh dia (Isa) benar-benar menjadi pertanda akan datangnya hari Kiamat …”.
Keenam, “yang menjulang (gunung-gunung)”. Dalam hal ini kata ‘Ilm digunakan sebagai perumpamaan dari sesuatu. QS al-syuraa ayat 32:
ومن ايته الجوار فى البحر كالاعلام
“Dan diantara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah kapal-kapal (yang berlayar dilaut seperti gunung-gunung”.
Ketujuh, “Umat” atau “Semesta Alam”. QS al-fatihah ayat 2:
الحمد لله رب العالمين
“Segala puji bagi Allah Tuhan seluruh Alam”.
C.     Kontekstualisasi ‘Ilm
Setelah mengetahui 845 kata ‘ilm dalam al-qur’an, sekaligus maknanya. Pernahkah kita berfikir, mengapa al-Qur’an itu banyak sekali menyebut kata ‘ilm, baik secara makna asli ataupun makna lainnya. Hal ini akan berhubungan dengan urgensi dari ‘ilm itu sendir di kehidupan manusia. Lantas apa sih urgensi ‘ilm dalam al-Qur’an itu.
Allah berfirman dalam Kitab-Nya. QS az-zumar ayat: 9
... هل يستوى الذين يعملون والذين لا يعملون . انما يتذكر أولواالألبب .
“… Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.
Dalam ayat tersebut, Allah membedakan antara orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang jahil. Keduanya tidak sama. Hal ini memperlihatkan bahwa pentingnya menjadi pribadi yang memilki  ilmu, karena seminimalnya tidak akan disamakan dengan orang yang jahil atau bodoh.
Kemudian pertanyaan selanjutnya menyangkut siapa orang yang berilmu itu. Allah dalam firmannya mengatakan.
... انما يخشى الله من عباده العلمؤا ...
“… Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama … ”.
Dengan menggunakan redaksi yang membatasi, menggunakan kata innamaa yang berarti “hanya”, mengindikasikan bahwa hanyalah ulama dari sekian banyak hamba-Nya yang takut kepada Allah. Karena dengan ilmu yang dimiliki ulama sehingga mengetahui keagungan-Nya akan alam semesta ini dan segala macam isinya. Selain itu, orang-orang yang berilmu pun menjadi saksi akan Allah sebagai Tuhan yang berhak disembah.
QS ali Imran ayat: 18
شهد الله لا الا هو و الملئكة وأولواالعلم قا ئما بالقسط ...
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu)…”.
Yusuf Qardhawi dalam bukunya mengutip perkataan Imam al-Ghazali yang berkata, “Lihatlah, Allah SWT memulai dengan diri-Nya, selanjutnya malaikat, dan ketiga ahli ilmu pengetahuan. cukuplah ini sebagai kemulian dan keutamaan”.
Berikut adalah urgensi dari ‘ilm dan kemuliaan orang-orang yang berilmu.



IKHLASH
A.    Ikhlas Terulang dalam Al-Qur’an
Kata ikhlas, yang berasal dari kata خلص dalam al-Qur’an terulang sebanyak sebanyak 31 kali dengan 12 macam bentuknya, yang terdapat dalam:
Surat: al-baqarah (ayat: 94, 139), an-nisa (ayat: 146), al-an’am (ayat: 139), al-a’raf (ayat: 32, 29), yunus (ayat: 22), yusuf (ayat: 24, 54, 80), al-hijr (ayat: 40), an-nahl (ayat: 66), Maryam (ayat: 51), al-‘ankabut (ayat: 65), lukman (ayat: 32), al-ahzab (ayat: 50), ash-shoffa t (ayat: 40, 74, 128, 160, 169), shad (ayat: 46, 46, 83), az-zumar (ayat: 2, 3, 11, 14), ghafir (ayat: 14, 65), al-bayyinah (ayat: 5).
B.     Makna Ikhlas dalam Al-Qur’an
a.       Makna Asli Ikhlas
Ikhlas, seperti yang telah tertulis sebelumnya, memiliki asal kata خلص – يخلص (dibaca: khalasha – yakhlushu) dengan arti murni; selesai; lolos. Dan kemudian dirubah sedemikian rupa sehingga menjadi أخلص – يخلص – أخلاصا   (dibaca: akhlasha – yukhlishu – ikhlaashan), yang berarti ikhlas; atau tulus.
b.      Ragam Makna Ikhlas dalam Al-Qur’an
Dalam al-Qur’an kata ikhlas dan segala macam bentuknya terulang sebanyak 31 kali. Namun dalam hal pemaknaan tidak semuanya mengartikan kata ikhlas atau tulus. Terdapat beberapa pengelompokan dari segi makna, sebagai berikut.
Pertama, “Khusus”. QS al-an’am ayat 139:
وقالوا ما في بطون هذه الانعام خالصة لذكورنا ومحرم على ازواجنا
“Dan mereka berkata (pula), “apa yang ada didalam hewan ternak ini khusu untuk kaum laki-laki kamu, haram bagi istri-istri kami””.
Kedua, “Menyendiri”. QS yunus ayat 80
فلما استيأسوا منه خلصوا نجيا
“Maka ketika mereka berputus asa darinya (putusan Yusuf) mereka menyendiri (sambil berunding) dengan berbisik-bisik”.
Ketiga, “Mengikhlaskan” atau “Memurnikan” atau “Dengan Ikhlas” atau “Dengan Tulus”. QS al-baqarah ayat 139:
ولنا اعمالنا ولكم اعمالكم ونحن له مخلصون
 “Bagi kami amal kami, bagimu amalan kamu, dan hanya kepada-Mu kami dengan tulus mengabdikan diri”.
Keempat, “Orang terpilih”. QS yusuf ayat 24:
... انه من عباد نا المخلصين.
“… Sungguh dai (Yusuf) termasuk hamba kami yang terpilih”.

C.     Kontekstualisasi Ikhlas
Ikhlas adalah buah tauhid yang murni. Mengapa demikian, karena ikhlas ini menjadi kunci dari apapun yang kita perbuat. Dalam hal ini adalah keimanan dan kepercayaan kita terhadap ke-Tauhidan Allah SWT.
Mengapa kita perlu ikhlas. Allah berfirman dalam QS al-Nisa ayat 146.
الا الذين تابوا وأصلحوا واعتصموا بالله وأخلصوا دينهم لله. فأولئك مع المؤمنين.
“Kecuali orang-orang yang bertaubat dan memperbaiki diri dan berpegang teguh pada agama Allah dan dengan tulus ikhlas (menjalankan) Agama mereka karena Allah. Maka mereka itu bersama-sama dengan orang yang beriman.”.
Dalam ayat tersebut, ada kata kunci seperti taubat, memperbaiki diri, berpegang teguh, dan orang-orang yang beriman. Ini menjelaskan tentang bahwa untuk menjadi seorang yang beriman tidak hanya dengan taubat, memperbaiki diri, atau berpegang teguh dijalan Allah, tapi juga sangat diperlukan sekali adanya keikhlasan, atau ketulusan dalam berbuatnya.


DAFTAR PUSTAKA

Agama, Departemen. Al-Hidayah, Al-Qur’an Tafsir per Kata, Banten: Kalim, 2011.
Al-Qardhawiy, Yusuf.  Al-’Aqlu wal-”Ilmu fil Qur’anil-Karim, diterjemahkan oleh Abdul Hayyi al-Kattani dkk.,, Jakarta: Gema Insani, 1998.
 _________________. Fith-Thariq Ilallah, An-Niyyah Wal-Ikhlas, diterjemahkan oleh Kathur Suhardi, Jakarta: Pustaka Alkautsar, 1997.
Baqi, Muhammad Fu’ad ‘Abd al. Al-Mu’jam al-Mufahras li Alfazh al-Qur’an, Kairo: Darul Hadits, 1991.
Farmawi, Abd al-Hayyi al. Mu’jam al-Alfazh wa al-A’lam al-Quraniyyah, Kairo: Darul Ulum, 1968.
Imamuddin dkk. Al-Qamus al-‘Arabiy al-Indonisiy al-Sayaqqiy, Jakarta: Ulinnuha Press, 2001

Raghib, Al-‘Ashfahaniy Al. Mu’jam Mufradat al-Fazh al-Qur’an, Beirut: Darul Fikr.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar