Oleh Purwanto dan Siti Karomah
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penelitian
adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara alamiah
dalam suatu bidang tertentu untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip
baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan menaikkan tingkat
ilmu serta teknologi. Penelitian yang sistematis diawali dengan suatu
persoalan. John Dewey menyebutkan bahwa langkah pertama dalam metode ilmiah
adalah pengakuan akan adanya kesulitan, hambatan, atau masalah yang
membingungkan peneliti.
Pemilihan
dan perumusan masalah adalah salah satu aspek yang paling penting dalam
pelaksanaan penelitian di bidang apa saja. Perumusan masalah dalam penelitian
merupakan langkah pertama dan langkah paling penting pada proses penelitian.
Hal ini sama saja seperti menentukan tujuan atau destinasi ketika hendak
bepergian. Tanpa tujuan yang pasti dan telah ditentukan sbelmnya, maka
seseorang tidak akan mungkin dapat menentukan rute terdekat atau bahkan mungkin
juga tidak mempunyai rute sama sekali selama bepergiaan. Demikian juga tanpa
adanya rumusan masalah yang jelas, tidak mungkin disusun suatu metode,
prosedur, dan anggaran biaya penelitian.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian, sumber, dan ciri-ciri
masalah?
2. Apa tujuan perumusan masalah dan
bentuk-bentuk rumusan masalah?
3. Bagaimana langkah-langkah dalam
perumusan masalah?
4. Bagaimana cara mengemukakan masalah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Masalah
Masalah atau problem dapat diartikan
sebagai jarak antara apa yang diharapkan (das Sollen) dengan apa yang terwujud
atau tercapai (das Sein). Masalah menunjukkan adanya ketidak sesuaian
antara apa yang diinginkan dengan apa yang terwujud atau tercapai. Masalah
diartikan sebagai suatu kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan apa yang
terjadi, sedangkan rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan
dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Rumusan masalah juga merupakan
hulu dari suatu penelitian, dan merupakan langkah yang penting serta pekerjaan
yang sulit dalam suatu penelitian.
B. Sumber Masalah
Sebenarnya banyak sekali masalah
yang perlu dipecahkan berada di sekeliling peneliti. Yang menjadi kendala untuk
memperoleh masalah adalah kesanggupan peneliti menggali dan mengidentifikasi
masalah serta mengetahui sumber-sumber di mana masalah penelitian diperoleh
dengan mudah. Sumber-sumber di mana masalah diperoleh antara lain sebagai
berikut:
1. Pengamatan terhadap Kegiatan Manusia
Pengamatan
sepintas terhadap kegiatan-kegiatan manusia dapat merupakan sumber masalah dari
masalah yang akan diteliti. Seorang ahli ilmu jiwa, dapat menemukan masalah
ketika ia melihat tingkah laku pekerja pabrik melakukan kegiatan mereka dalam
pabrik.
2. Pengamatan terhadap Alam Sekeliling
Peneliti-peneliti
ilmu natural seringkali memperoleh masalah dari alam sekelilingnya. Seorang
ahli ilmu bintang banyak memperoleh masalah ketika ia mengamati cakrawala.
Seorang peneliti ilmu tanah akan menemukan masalah ketika ia secara sepintas
mengamati tanah di sekelilingnya ataupun dalam suatu perjalanan jauh.
3. Bacaan
Bacaan-bacaan
dapat merupakan sumber dari masalah yang dipilih untuk diteliti. Lebih-lebih
jika bacaan tersebut merupakan karya ilmiah ataupun makalah, maka banyak sekali
rekomendasi di dalamnya yang memerlukan penelitian lebih lanjut. Membaca
hasil-hasil penelitian terdahulu akan memberikan banyak sekali masalah-masalah
yang belum sanggup dipecahkan. Hal ini merupakan masalah yang perlu di pecahkan
dalam penelitian selanjutnya.
4. Ulangan Serta Perluasan Penelitian
Masalah
juga diperoleh dengan mengulang-ulang percobaan yang pernah dilakukan, di mana
percobaan yang telah dikerjakan tersebut belum memuaskan. Misalnya, kerja Steinhauser
telah menemukan minyak codliver untuk menyembuhkan penyakit criket
di tahun 1840 belum dapat dijelaskan secara terperinci sampai dengan penelitian
selanjutnya bertahun-tahun kemudian.
5. Cabang Studi yang Sedang Dikembangkan
Kadangakala
masalah ditemukan, bukan dari bidang studi itu sendiri, tetapi dari cabang yang
timbul kemudian, yang mula-mula dipikirkan tidak berapa penting sifatnya.
Misalnya, ketika Pasteur meneliti penyakit kolera dengan menyuntik
ayam-ayam percobaanya dengan mikroba kolera, pada suatu hari ia kehabisan
ayam-ayam sehat. Ia kemudian terpaksa menggunakan ayam-ayam yang pernah kena
kolera. Dilihatnya, ayam-ayam tersebut tidak mati akibat suntikan mikroba
kolera. Dari percobaan ini ia tertarik akan ketahanan ayam-ayam tersebut, dan
iamenemukan masalah yang mendorongnya meneliti tentang prinsip-prinsip
kekebalan atau imunisasi.
6. Catatan dan Pengalaman Pribadi
Catatan
pribadi serta pengalaman pribadi sering merupakan sumber dari masalah
penelitian. Dalam penelitian ilmu sosial, pengalaman serta catatan pribadi
tentang sejarah sendiri, baik kegiatan pribadi ataupun kegiatan professional
dapat merupakan sumber masalah untuk penelitian.
7. Praktik Serta Keinginan Masyarakat
Praktik-praktik
yang timbul dan keinginan-keinginan yang menonjol dalam masyarakat dapat
merupakan sumber dari masalah. Praktik-praktik tersebut dalam merupakan tunjuk
perasaan, pernyataan-pernyataan pemimpin, otorita ilmu pengetahuan yang
bersifat lokal, daerah, maupun nasional. Adanya gejolak rasial, misalnya dapat
dapat merupakan sumber masalah. Adanya ketimpangan antara input dan
produktifitas sekolah dapat merupakan suatu masalah penelitian.
8. Bidang Spesialisasi
Bidang
spesialisasi seseorang dapat merupakan sumber masalah. Seorang spesialis dalam
bidangnya, telah menguasai ilmu yang dalam-dalam bidang spesialisasinya. Dalam
membuat masalah berdasarkan bidang spesialisasi, perlu juga dijaga supaya
masalah yang digali jangan menjurus kepada over-spesialisasi. Hal
tersebut akan dapat menghilangkan unitas yang fundamental.
9. Pelajaran yang Sedang Diikuti
Pelajaran
yang sedang diikuti dapat merupakan sumbet dari masalah penelitian. Diskusi
kelas, hubungan antara dosen dengan mahasiswa banyak mempengaruhi mahasiswa
dalam memilih masalah untuk penelitian.
10. Diskusi-diskusi Ilmiah
Masalah
penelitian dapat juga bersumber dari diskusi-diskusi ilmiah, seminar, serta
pertemuan-pertemuan ilmiah.
11. Perasaan Intuisi
Kadang kala, suatu
perasaan dapat timbul tanpa disangka, dan kesulitan tersebut dapat merupakan
masalah penelitian.
C. Ciri-ciri Masalah
Ada
beberapa ciri-ciri masalah yang harus diperhatikan, baik dilihat dari segi isi (content)
dari rumusan masalah, ataupun dari segi kondisi penunjang yang diperlukan dalam
pemecahan masalah yang telah dipilih. Ciri-ciri dari masalah yang baik adalah
sebagai berikut:
- Masalah
Harus Ada Nilai Penelitian
Masalah untuk suatu penelitian
tidaklah dipilih seadanya saja. Masalah harus mempunyai isi yang memiliki nilai
penelitian, yaitu mempunyai kegunaan tertentu serta dapat digunakan untuk suatu
keperluan. Hal ini meliputi: Masalah haruslah mempunyai keaslian. Masalah harus
menyatakan suatu hubungan. Masalah harus merupakan hal yang penting. Masalah
harus dapat diuji. Masalah harus dinyatakan dalam bentuk pertanyaan.
- Masalah
Harus Fisibel
Masalah yang mempunyai fisibilitas,
artinya masalah tersebut harus dapat dipecahkan. Ini berarti:
Data serta metode harus tersedia. Equipmentdan kondisi harus mengizinkan. Biaya
untuk pemecahan masalah. Masalah harus di dukung oleh sponsor yang kuat. Tidak
bertentangan dengan hukum dan adat.
- Masalah
Harus Sesuai dengan Kualitifikatif Peneliti
Selain mempunyai nilai ilmiah serta
fisibel, masalah juga harus sesuai dengan kualifikasi si peneliti sendiri.
Dalam hal ini, masalah yang diteliti sekurang-kurangnya: Menarik
bagi peneliti.
Masalah harus sesuai dengan kualifikasi.
D. Tujuan Perumusan Masalah
Berdasarkan
tentang pengertian dari rumusan masalah di atas, yaitu sebagai pertanyaan-pertanyaan
yang akan dicarikan jawabannya dalam sebuah penelitian, maka menurut Nazir
tujuan perumusan masalah:
1.
Mencari
sesuatu dalam rangka pemuasan akademis seseorang.
2. Memuaskan perhatian serta keingintahuan
seseorang akan hal-hal yang baru.
3. Meletakkan dasar untuk memecahkan
beberapa penemuan penelitian sebelum ataupun dasar untuk penelitian
selanjutnya.
4. Memenuhi keinginan sosial.
5. Menyediakan sesuatu yang bermanfaat.
Sedangkan Subana dan
Sudarajat, mengatakan bahwa perumusan masalah juga bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana kualitas penelitian itu sendiri, karena setiap penelitian selalu
berangkat dari masalah.
E. Bentuk-bentuk Rumusan Masalah penelitian
1. Metode Penelitian Kuantitatif
a. Rumusan Masalah Deskriptif
Rumusan
masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan
pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel
atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi dalam penelitian ini peneliti
tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel yang lain, dan mencari
hubungan variabel itu dengan variabel yang lain.
b. Rumusan Masalah Komparatif
Rumusan
masalah komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang membandingkan
keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda.
c. Rumusan Masalah Asosiatif
Rumusan
masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan
hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu:
hubungan simetris, hubungan kausal, dan interaktif. Hubungan simetris adalah
suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang kebetulan munculnya bersama.
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi disini ada
variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi). Huungan
interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Didini tidak diketahui
mana variabel independen dan dependen.
2. Metode Penelitian Kualitatif
a. Rumusan Masalah Deskriptif
Rumusan
masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang memandu peneliti untuk
mengeksplorasi dan atau memotret situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas, dan mendalam.
b. Rumusan Masalah Komparatif
Rumusan
masalah komparatif adalah rumusan masalah yang memandu peneliti untuk
membandingkan antara konteks sosial atau domain satu dibandingkan dengan yang
lain.
c. Rumusan Masalah Asosiatif
Rumusan
masalah asosiatif adalah rumusan masalah yang memandu peneliti untuk
mengkonstruksi hubungan antara atau domain satu dengan lainnya. Rumusan masalah
ini dibagi menjadi tiga, yaitu: simetris, kausal, dan interaktif.
Hubungan simetris
adalah hubungan suatu gejala yang munculnya bersamaan, sehingga bukan merupakan
hubungan sebab akibat atau interaktif. Hubungan kausal adalah hubungan yang
bersifat sebab akibat. Hubungan ini merupakan salah satu asumsi ilmu dalam
metode kuantitatif, dimana segala sesuatu itu ada, karena ada sebabnya. Dengan
demikian dalam paradigma penelitian selalu ada variabel independen sebagai
penyebabnya dan variabel dependen sebagai akibat. Hubungan reciprocal adalah
hubunhan yang saling mempengaruhi.
F. Langkah-langkah dalam merumuskan masalah
Perumusan
masalah dalam penelitian adalaah bagian yang paling menentukan dalam
pelaksanaan penelitian dan juga akan menentukan kualitas hasil penelitian itu
sendiri. Ada beberapa langkah dalam merumuskan masalah penelitian yaitu:
1.
Mengidentifikasi
subyek area luas yang menarik
Hendaknya
sebisa mungkin masalah yang akan dirumuskan merupakan hal yang paling menarik
bagi peneliti, mengingat dalam pelaksanaan penelitian dituntut adanya komitmen
tinggi dari peneliti agar dapat menyelesaikan penelitian tersebut dengan baik.
Hal ini, akan lebih mudah dilakukan jika rumusan masalah yang dipilih
benar-benar menarik bagi peneliti yang bersangkutan.
2.
Membagi
subyek area luas menjadi sub area
Jika
seseorang telah menetapkan subyek area tersebut, yang seringkali mempunyai
banyak aspek, maka seorang peneliti harus membaginya menjadi beberapa sub area
terlebih dahulu. Hali ini penting supaya peneliti dapat lebih memfokuskan
permasalahan yang hendak diteliti dan tidak terjebak dalam penelitian yang
terlalu luas yang bisa memakan banyak biaya dan waktu serta hasil yang tidak
ooptimal.
3.
Memilih
subb area yang paling menaarik
Jika
peneliti telah membagi subyek area menjadi beberapa sub area, maka yang paling
penting adalah memilih salah satu atau beberapa sub area yang paling menarik
untuk dirumuskan menjadi suatu masalah penelitian.
4.
Mengungkapkan
beberapa pertanyaan penelitian
Pada
tahapan ini, seoarang peneliti sebaiknya bertanya pada dirinya sendiri tentang
apa yang sebenarnya hendak dicari pemecahan atau jawaban dari beberapa sub area
tersebut. jika disadari pertanyaan yang diungkapkan terlalu banyak dan
memerlukan penanganan yang terlalu kompleks maka peneliti cukup memilih dua
atau tiga pertanyaan yang diyakini mampu ditangani.
5.
Merumuskan
suatu tujuan (obyektif)
Seorang
peneliti harus mempunyai tujuan yang jelas dan nyata dari proses penelitian
yang hendak dilakukan. Tujuan ini ditumbuhkan dari pertanyaan-pertanyaan yang
diungkapkan dalam rumusan masalah.
6.
Menilai
obyektif
Langkah
selanjutnya, seorang peneliti harus menguji obyektif atau tujuannya guna
memastikan bahwa tujuan tersebut dapat dicapai melalui prosedur dan metode
penelitian. Pertimbangan yang digunakan meliputi berbagai aspek seperti, waktu,
sumber daya manusia, biaya, keahlian, peralatan, serta prosedur percobaan dan
sebagainya.
7.
Periksa
ulang (‘so what?’ test)
Setelah
semua langkah dilalui, maka sebaiknya peneliti kembali ke tahap awal untuk
memeriksa ulang dan mempertimbangkan lagi rumusan masalah yang telah disusun.
Periksa ulang inilazimnya berdasarkan pada ‘so what?’ test atau ‘who
cares?’ test. ‘so what?’ test menanyakan peneliti tentang apa
menariknya rumusan masalah yang telah disusun. ‘who cares?’ test
menanyakan pada peneliti tentang siapa yang akan peduli dengan rumusan masalah
tersebut.
G. Mengemukakan Masalah
Sesudah
masalah dipilih dan signifikan atau pentingnya masalah itu ditetapkan maka
tugas berikutnya adalah merumuskan atau mengemukakan masalah tersebut dalam bentuk
yang dapat diteliti. Penjabaran masalah yang baik harus menerangkan dengan
jelas apa yang akan diterangkan atau dipecahkan dan membatasi ruang lingkup
studi itu pada suatu persoalan khusus.
Setelah
hal itu dikemukakan dengan jelas dan terpusat, peneliti dapat melangkah maju
untuk membuat disain studi eksperimental yang akan membandingkan skor-skor pada
prates dan pascates. Selanjutnya daalam mengemukakan masalah, peneliti harus
berusaha agar ada keseimbangan antara keumuman dan kekhususan. Kalau masalah
itu terlalu luas dan terlalu umum, mka ia akan dihadapkan pada suatu bidang
yaang kabur, tanpa ada petunjuk jelas tentang arah yang akan ditempuh oleh
penelitian tersebut. sebaliknya, persoalan tersebut juga tidak boleh begitu
sempit sehingga menjadi sepele dan tidak berarti. Kita memerlukan suatu masalah
yang cukup luas agar mempunyai arti penting menurut kriteria di atas, tetapi
cukup khusus agar dapat dilakukan dalam situasi khusus peneliti.
Disarankan
agar persoalan itu sebaiknya diajukan dalam bentuk pertanyaan bukan pernyataan.
Karena bentuk pertanyaan itu sederhana dan langsung ke sasaran. Masalah yang
dikemukakan dalam bentuk pertanyaan ini hendaknya mempertanyakan hubungan
antara dua atau lebih variabel. Kemukakanlah masalah tersebut sesuai dengan
langkah-langkah di atas sehingga penelitian terhadap masalah tersebut dapat
dilakukan. Hindarilah masalah-masalah yaang bersifat folosofis dan
pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut masaah nilai-nilai atau pertimbangan yang
tidak dapat dijawab dengan penelitian ilmiah.
BAB
III
KESIMPULAN
Masalah
atau problem dapat diartikan sebagai jarak antara apa yang diharapkan (das
Sollen) dengan apa yang terwujud atau tercapai (das Sein). Sumber
masalah itu sendiri banyak ditemukan disekeliling peneliti. Dalam melakukan
penelitian seorang peneliti harus memperhatikan masalah yang baik untuk
diteliti. Adanya perumusan masalah itu menunjukkan bagaimana kualitas
penelitian. Ada tiga bentuk rumusan masalah di dalam penelitian baik kualitatif
maupun kuantitatif, yaitu: deskriptif, komparatif, dan assiatif. Setelah
masalah penelitian telah ditentukan maka selanjutnya peneliti mengikuti
langkah-langkah dalam perumusan masalah. Jika langkah-langkah tersebut telah
dilalui maka selanjutnya peneliti mengemukakan masalah.
DAFTAR
PUSTAKA
Ary, Donald dkk. Pengantar
Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Kuntjojo. Metodologi
Penelitian. Kediri: tk, 2009.
Margono. Metode
Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Nazir, Moh. Metode
Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2010.
Subana dan Sudrajat. Dasar-dasar
Penelitian Ilmiah. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999.
Sugiyono. Metode
Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung:
Alfabeta cv, 2016.
Sugiyono. Metode
Penelitian Pendidikan. Jakarta: Alfabeta, 2004.
Widi, Restu Kartiko. Asas
Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar