Oleh Sri Handayani dan Ruliana Khasanah
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Penulisan
karya ilmiah biasanya dilakukan untuk menemukan atau memecahkan suatu
permasalah yang terkait dalam bidang ilmu pengetahuan. Dalam pembuatan karya
ilmiah peneliti biasanya menghadapi banyak kesulitan diantaranya yakni tatacara
penulisan, penggunaan metode penelitian dan instrument penelitian. Karya ilmiah
adalah karya tulis atau bentuk lainnnya yang mengikuti pedoman ilmiah yang
telah disepakati dan ditetapkan.
Karya
ilmiah merupakan salah satu bentuk laporan, informasi baru, gagasan ataupun
hasil penelitian yang dibuat dengan sebenar-benarnya untuk memberikan suatu
wawasan pengetahuan kepada masyarakat pada umumnya dan dunia keilmuan pada
khususnya.
Penelitian
dilakukan dengan adanya kesenjangan yang terjadi pada suatu kondisi atau
situasi yang mengharuskan dilakukannya penelitian. Mulai dari sini pemakalah akan
mengangkat suatu masalah yang melatar belakangi kagiatan penelitian.
Adapun tujuan umum dari sebuah
penelitian ialah untuk meningkatkan daya imajinasi mengenai masalah-masalah
pendidikan. Kemudian meningkatnya daya nalar untuk mencari jawaban permasalahan
itu melalui penelitian.
Dari beberapa definisi
diatas, terdapat dua hal yang dapat diidentifikasi dalam sebuah penelitian,
yakni:
1.
What yaitu usaha menemukan sesuatu
2.
How yaitu bagaimana menemukan
sesuatu itu
Pada
latar belakang peneliti menerangkan ulasan kenapa suatu masalah harus diangkat
sebagai bahan yang harus diteliti. Penulisan latar belakang harus bisa menjawab
pertanyaan MENGAPA (why) dari judul
yang diangkat yakni mampu menerangkan secara rinci permasalahan dengan kata
yang baik dalam paragraf. Kalimat harus dapat menjelaskan alasan, tujuan dan
metode pemecahan masalah yang diangkat dalam penelitian.
Para
peneliti, terutama peneliti baru, merasa kesulitan untuk mengidentifikasi dan
menyusun suatu latar belakang masalah dalam penelitian. Padahal dalam kehidupan sosial,
implementasi pendidikan dan kejadian di alam semesta menyajikan setumpuk
masalah yang tak habis-habisnya. Meskipun demikian, masalah-masalah yang ada
pun sulit untuk didefinisikan khususnya oleh peneliti baru.
- Rumusan
Masalah
1. Bagiamana cara penyusunan latar belakang
masalah dalam penelitian?
2. Bagiamana penyusunan latar belakang masalah dalam
penelitian kualitatif, kuantitatif dan R&D?
- Tujuan
Penulisan Makalah
1. Memberikan informasi tentang tata cara penyusunan latar belakang masalah
dalam penelitian
2. Memberikan informasi tentang bentuk sususan latar belakang masalah dalam
penelitian kualitatif, kuantitatif dan R&D
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Penyusunan Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah merupakan uraian yang
mengantarkan pembaca memahami mengapa suatu gejala yang akan diangkat sebagai
fokus penelitian. Latar belakang masalah berisi uraian mengenai keadaan
berbagai gejala yang memperlihatkan adanya suatu masalah. Latar belakang
masalah ini dimaksudkan untuk menjelaskan masalah yang diteliti itu penting
dilihat dari segi profesi peneliti, pengembangan ilmu dan kepentingan pembangunan.
Yang perlu disajikan dalam latar belakang masalah adalah apa yang membuat
peneliti merasa gelisah dan resah sekiranya masalah tersebut tidak diteliti.
Dalam latar belakang masalah sebaiknya diungkapkan gejala-gejala kesenjangan
yang terdapat di lapangan sebagai dasar pemikiran untuk memunculkan
permasalahan. Ada baiknya kalau diutarakan kerugian-kerugian apa yang bakal
diderita apabila masalah tersebut dibiarkan tidak diteliti dan
keuntungan-keuntungan apa yang kiranya bakal diperoleh, apabila masalah
tersebut diteliti. Perlu pula diuraikan secara jelas tentang kedudukan masalah
yang hendak diteliti itu di dalam wilayah bidang studi yang ditekuni oleh
peneliti yang bersangkutan.
Uraian latar belakang masalah harus berdasarkan
pada fakta atau kondisi faktual, bukan asumsi dan bukan hipotesis. Untuk
memperkuat uraian, peneliti dituntut menyertakan supporting figures yang
dapat berwujud data statistik, statemen peneliti terdahulu yang valid, tabel
atau grafik dan lain sebagainya. Makin
banyak atau makin lengkap supporting figures maka makin kuat uraian
mengenai latar belakang masalah. Uraian
dapat dimulai dari situasi problematisnya, keterkaitan situasi problematis itu
dengan situasi praktik dan antisipasi tentang berbagai kemungkinan yang bisa
timbul apabila sistuasi problematis itu dapat atau tidak dapat terpecahkan.
Selanjutnya dianalisis berbagai variable yang terkait dengan situasi
problematis itu dapat atau tidak dapat terpecahkan. Selanjutnya dianalisis
berbagai variabel yang terkait dengan situasi problematis tersebut, baik
mengacu pada teori maupun kenyataan. Berdasarkan analisis ini, selanjutnya
dikemukakan permasalahan utama penelitian dan antisipasi tentang berbagai
kemungkinan yang dapat terjadi bila permasalahan itu dapat atau tidak
dipecahkan, sehingga tampak jelas bahwa penelitian yang bersangkutan perlu
dilakukan. Uraian menegenai latar belakang masalah
diharapkan tidak terlalu panjang, hal ini bertujuan untuk menghindarkan
pengaburan substansi yang ditonjolkan. Untuk menegaskan uraian berkaiatan
dengan latar belakang masalah, peneliti dapat menemukannya dalam bagian akhir
uraian mengenai latar belakang masalah.
Latar belakang
masalah berisi tentang segala sesuatu yang mendorong peneliti tertarik dengan
topik atau judul penelitian. Ada tiga hal yang harus ada pada latar belakang
masalah. Pertama, konsep dan isi dokumen yang relevan dengan topik
penelitian. Kedua, pernyataan para ahli (expert), para pemegang
kebijakan terutama yang mendukung terhadap rencana penelitian kita. Ketiga,
hasil pelacakan studi topik yang sama yang pernah dilakukan oleh orang lain.
Hal ini penting dilakukan untuk menjamin keorisinilan penelitian kita.
Dalam suatu
penelitian ilmiah, proses lahirnya suatu masalah tersaji secara formal dalam
berbagai bentuk uraian latar belakang masalah. Melalui latar belakang masalah,
pengalaman tentang permasalahan penelitian yang sedang dihadapi dapat menjadi lebih utuh. Alasannya adalah
suatu latar belakang masalah yang baik umumnya mengungkapkan paling tidak empat
hal, yaitu:
1.
Mengungkapkan isu-isu (issues)
Isu
ada dalam latar belakang masalah mengingat isu merupakan hal yang mengganjal
tentang sesuatu hingga memerlukan penyelesaian. Isu bisa merupakan gejala,
fenomena, atau komentar yang sedang ramai saat ini. Isu berperan sebagai
masalah yang pokok dan segera memerlukan penyelesaian.
2.
Mengungkapkan fakta-fakta (exiting information)
Selain
isu, dalam latar belakang masalah biasa diuraikan pula fakta-fakta yang
memperkuat isu. Maksudnya, ada keyakinan bahwa isu yang diangkat tidaklah
dibuat-buat, melainkan nyata adanya. Fakta-fakta yang dimaksud umumnya tentang
data berupa angka, data-data kualitatif, dan lain-lain.
3.
Mengungkapkan nilai guna untuk apa masalah dipecahkan (need)
Ada
baiknya peneliti menguraikan kebutuhan penelitian, yaitu untuk apa masalah dipecahkan
melalui penelitiannya. Suatu penelitian memiliki arti lebih apabila hasilnya
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lain.
4.
Memiliki tingkat kesukaran berkenaan dengan pemecahan masalahnya
atau masih langka/jarang orang meneliti itu (difficulty)
Hal
lain yang sering disertakan dalam latar belakang masalah adalah difficulty
masalah yang akan diteliti. Maksudnya, selain menarik, penelitian yang meneliti
masalah pun masih langka/jarang. Sehingga masalah yang diteliti bisa menjadi
masukan berharga bagi siapa pun.
B.
Latar belakang Masalah Dalam Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D
Penelitian Kuantitatif
Masalah
merupakan kesenjangan antara situasi yang diharapkan dan situasi yang ada.
Dapat juga dikatakan sebagai kesenjangan antara tujuan yang ingin dicapai dengan
keterbatasan alat dan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan tersebut.
Masalah juga dapat dikatakan sebagai kesenjangan antara teori dan praktik.
Masalah penelitian dilatar belakangi oleh adanya situasi yang memerlukan
pemecahan sehingga perlu dilakukan suatu penelitian. Masalah yang masih umum
dapat berkembang menjadi masalah penelitian kuantitatif apabila memenuhi
beberapa kriteria sebagai berikut:
1.
Suatu masalah penelitian harus menggambarkan hubungan antara dua
variabel atau lebih.
2.
Walaupun tidak merupakan suatu keharusan bahwa suatu masalah harus
dinyatakan dalam bentuk pertanyaan, akan tetapi banyak ahli penelitian
menyarankan bahwa masalah penelitian hendaknya dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan. Masalah penelitian yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan lebih
mengarahkan pada jawaban yang diharapkan. Dengan menyajikan masalah dalam bentuk
pertanyaan, jawaban akan lebih jelas dan langsung pada sasarannya.
3.
Suatu masalah penelitian memerlukan pengujian secara empiris.
Pengujian empiris berarti bahwa pemecahannya dilandasi oleh bukti-bukti empiris
dengan cara mengumpulkan data yang relevan.
Latar belakang
masalah adalah alasan mendasar yang menunjukkan bahwa tema/topik/judul
penelitian tersebut penting dan menarik untuk dilaksanakan. Pada bagian ini
berisi tentang peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi pada suatu budang kajian
penelitian. Tetapi, dalam peristiwa itu, sekarang ini tampak ada penyimpangan-penyimpangan
dan standar yang ada, baik yang standar yang bersifat keilmuan maupun
aturan-aturan. Oleh karena itu, dalam latar belakang ini, penelitian harus
melakukan analisis masalah, peneliti harus dapat menunjukan adanya suatu
penyimpangan yang menunjukkan dengan data dan menuliskan mengapa hal ini perlu
diteliti.
Latar belakang
masalah penelitian tidak muncul begitu saja atas dasar inspirasi. Untuk
mendapatkannya peneliti dapat mencari dari berbagai sumber rujukan antara lain
ialah:
1.
Hasil kajian pustaka. Pustaka-pustaka yang berupa buku, dokumen
ilmiah, jurnal, terbitan berkala, indeks, laporan hasil penelitian, abstrak
tesis dan disertasi, dan internet, merupakan sumber-sumber yang sangat penting
dalam memperoleh msalah penelitian. Biasanya siapa yang lebih banyak menguasai
bahan pustaka, akan lebih mudah mendapatkan masalah penelitian.
2.
Hasil diskusi dengan sejawat atau kolegial yang seprofesi. Dari
diskusi-diskusi baik yang bersifat formal maupun yang informal akan dapat
membantu peneliti dalam menemukan masalah penelitian. Diskusi memiliki beragam
bentuk, yang semuanya dapat dimanfaatkan untuk menemukan masalah penelitian,
seperti seminar, simposium, diskusi panel, konferensi, lokakarya, dan yang
sejenis lainnya.
3.
Masalah penelitian juga dapat diperoleh dari lapangan, misalnya
sekolah, universitas, organisasi, masyarakat, maupun lembaga lain dimana
peneliti berada dan bergaul dengan sesama dalam kehidupan sehari-harinya.
4.
Pengalaman-pengalaman pribadi juga sering merupakan sumber
munculnya masalah penelitian bahkan tidak jarang suatu masalah penelitian yang
muncul berkat renungan pribadi.
5.
Surat kabar harian, majalah-majalah, dan media elektronik dapat
membantu peneliti dalam mengangkat masalah penelitian.
6.
Masalah penelitian juga sering muncul sebagai akibat kemajuan dan perubahan
teknologi informasi. Suatu teknologi dan informasi baru mengandung efek samping
yang patut dan layak diteliti.
Berdasarkan sumber di atas substansi serta struktur pembahasan
dalam latar belakang masalah dapat disajikan dalam tata urutan sebagai berikut:
1.
Mengungkap tinjauan makro atau dasar pemikiran tentang
tema/topik/judul penelitian dimana area permasalahan berada.
2.
Mengungkap alasan rasional dan empiris tentang pentingnya
tema/topik/judul penelitian.
3.
Mengungkap adanya kesenjangan antara harapan das sollen dan
kenyataan das sein untuk mengemukakan variabel. Dengan kata lain,
mengungkap fakta-fakta empiris di lapangan yang menunjukan adanya suatu masalah
yang harus dipecahkan sumber informasi dapat diambil dari data statistik, hasil
penelitian sebelumnya, pengamatan, atau pengalaman peneliti.
4.
Mengemukakan faktor-faktor yang diduga dapat menjadi penyebab
munculnya suatu masalah atau rendahnya variabel dengan menggunakan pendekatan
logis berdasarkan fakta atau dengan, menggunakan pendekatan teoritis berdasarka
teori dan hasil penelitian yang relevan.
Contoh latar
belakang masalah dalam penelitian kuantitatif : “Pengaruh Metode Al-qowaid
Terhadap Kemampuan Berbahasa Arab Santri Pondok Pesantren Walisongo Sragen”
Bahasa Arab
merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di pondok pesantren di
indonesia yang berfungsi sebagai bahasa agama dan ilmu pengetahuan, disamping
itu juga sebagai alat komunikasi. Karena keterkaitannya dengan agama dan ilmu
pengetahuan, maka bahasa arab merupakan bagian yang tak terpisahkan dari jumlah
studi lain yang diajarkan di pondok pesantren. Dan hal ini merupakan
keistimewaan tersendiri dari bahasa lainnya karena bahasa arab merupakan kunci
dalam memahami agama dan ilmu pengetahuan yang terkandung didalamnya, sehingga
dalam memahami agama dan ilmunya daapat menjadikan pengkaderisasian untuk
generasi umat islam.
Secara historis, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di
indonesia.Meskipun seringkali pondok pesantren dikatakan sebagai lembaga
pendidikan yang konservatif, tradisional dan sudah kuno, namun harus diakui
bahwa pondok pesantren mempunyai karakteristik dan ketangguhan tersendiri
sampai kini. Keberadaannya yang tetap eksis pada zaman teknologi ini memiliki
nilai keunggulan tersendiri bagi umat islam.
Ditengah
arus globalisasi dan kecanggihan teknologi yang kian mengikat persaingan,
pondok pesantren masih kerap mendiskusikan berbagai ilmu, dan memahami ilmu
pengetahuan yang berbasis arab serta penggunaan bahasa arab dalam
kesehariannya. Dengan ketrampilan lisan, santri diharapkan menguasai sejumlah
kosa kata dan struktur kalimat dan dapat berbicara secara aktif.
Untuk selalu
eksis dalam berbahasa arab terutama dalam pengucapan yang mahir dan pelafalan
yang benar,santri harus memahami dan mengetahui kaidah-kaidah ilmu nahwu dan
shorof karena merupakah ilmu pokok yang harus dikuasai dalam penggunaan bahasa
arab, sehingga dalam berkomunikasi dapat dipahami dan tidak menimbulkan
pertanyaan atau ungkapan salah paham.
Kemampuan berbahasa dan memahami ilmu yang
berbasis arab yang dimiliki santri tidaklah lepas dari sebuah
pembelajaran/pengajaran yang sering juga disebut sebagai metode yang digunakan
dalam proses belajar mengajar. Karena seperti sebuah ungkapan oleh muhammad
yunus yang sudah tidak asing dan sering kita dengar, bahwa metode itu lebih
penting daripada materi.
Di banyak
pondok pesantren di indonesia, pengajaran bahasa arab lebih banyak menggunakan
metode alqowaid, karena metode ini langsung menerapkan pada setiap kedudukan
yang diucapkan dalam setiap kata, memperhatikan setiap bentuk kata
dan dapat mengetahui faedah dari setiap bentuk kata, sehingga santri
mengetahui dalam penggunaan kata yang sesuai faedahnya tersebut. Jadi metode
ini sangat sesuai dalam penerapan bahasa arab terutama pelafalannya, maka
seorang pengajar dalam menerapkan metode ini tidak boleh melakukan kesalahan
nahwiyah dalam menyusun kalimat.
Namun pada kenyataannya, dengan metode alqowaid ini ada santri yang
belum mampu berbahasa arab. Untuk
melihat sejauh mana pengaruh metode alqowaid dalam kemampuan santri berbahasa
arab. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti
tentang Pengaruh Metode Alqowaid Terhadap Kemampuan Berbahasa Arab Santri
Pondok Pesantren Walisongo Sragen”
Penelitian Kualitatif
Dalam
penelitian kualitatif masalah ini bersifat sementara, namun perlu dikemukakan
dalam proposal penelitian. Masalah merupakan penyimpangan antara yang
diharapkan dengan apa yang terjadi. Dalam latar belakang masalah ini perlu
dikemukakan gambaran keadaan yang sedang terjadi yang dikaitkan dengan
kebijakan, teori, perencanaan, tujuan dan pengalaman sehingga terlihat adanya
kesenjangan yang merupakan masalah. Masalah yang berbentuk data dapat diperoleh
melalui studi pendahuluan, pencermatan dokumen laporan penelitian, atau
pernyataan orang-orang yang dianggap telah memiliki kredibilitas dalam
bidangnya. Jika suatu permsalahan belum diatasi maka diperlukan suatu
penelitian. Dengan demikian, uraian dalam latar belakang masalah adalah
menjawab pertanyaan mengapa peneletian ini dilakukan.
Contoh latar
belakang masalah dalam penelitian kualitatif: Efektifitas Kegiatan
Qiroatul Kutub dalam Kemahiran Qiroah di Takhasus Aliyah PP. Wahid Hasyim
Yogyakarta.
Bahasa adalah
alat komunikasi , begitu pula dengan bahasa Arab. Bahasa Arab adalah kata yang
disampaikan oleh orang Arab untuk menyampaikan tujuan mereka. Bahasa arab
sebagai alat komunikasi adalah alat untuk menyampaikan fikiran dan perasaan,
yang dapat dinyatakan dengan tanda berbunyi ataupun tulisan. Masuknya bahasa
Arab ke Indonesia bersamaan dengan masuknya Islam itu sendiri ke negeri ini.
Hal ini karena bahasa arab tidak bisa dilepaskan dari agama, sehingga bahasa
Arab sering dianggap sebagai bahas agama, terlebih dua sumber utama Islam,
yaitu al- Quran dan al- Hadits ditulis dengan bahasa Arab. Oleh karena
itu sangat mungkin pengajaran bahasa arab juga mulai berlangsung brsamaan
dengan tersebarnya Islam di Indonesia yakni sekitar abad ke- 12M.
Dalam
implementasinya, bagi seorang guru bukanlah hal yang mudah untuk menyampaikan
materinya (teks-teks Arab). Guru dituntut untuk bisa menggunakan cara atau
metode yang paling efisien dan efektif agar siswa bisa memahasi teks-teks
bahasa Arab lainya selain itu juga, dalam proses pembelajaran metode menempati
posisi penting, karena pelajaran yang disampaikan oleh guru tanpa memperhatikan
metode justru akan mempersulit bagi guru dalam mencapai tujuan pengajaran. Jadi
dapat difahami suatu cara yang strategi dalam kegiatan belajar mengajar dan
nilai strateginya adalah metode dapat dipengaruhi jalannya kegiatan belajar
mengajar.]
Dalam pembelajaranya bahasa Arab tidak terlepas dari pembelajaran untuk meningkatkan empat kecakapan (maharah) atau keterampilan (skill) yang ada dalam berbahasa. Keempat keterampilan berbahasa tersebut adalah keterampilan mendengarkan (maharah al-istima’), keterampilan (maharah al-kalam), keterampilan membaca (maharah al-qira’ah), dan keterampilan (maharah al-kitabah). Dalam kurikulum pondok pesantren terdapat kegiatan qiroatul kutub yang dimana kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan kemahiran membaca pada santri pondok pesantren tersebut. Untuk melihat sejauh mana efektifitas kegiatan tersebut maka perlu dilakukan penelitian. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti tentang Efektifitas Kegiatan Qiroatul Kutub dalam Kemahiran Qiroah di Takhasus Aliyah PP. Wahid Hasyim Yogyakarta.
Dalam pembelajaranya bahasa Arab tidak terlepas dari pembelajaran untuk meningkatkan empat kecakapan (maharah) atau keterampilan (skill) yang ada dalam berbahasa. Keempat keterampilan berbahasa tersebut adalah keterampilan mendengarkan (maharah al-istima’), keterampilan (maharah al-kalam), keterampilan membaca (maharah al-qira’ah), dan keterampilan (maharah al-kitabah). Dalam kurikulum pondok pesantren terdapat kegiatan qiroatul kutub yang dimana kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan kemahiran membaca pada santri pondok pesantren tersebut. Untuk melihat sejauh mana efektifitas kegiatan tersebut maka perlu dilakukan penelitian. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti tentang Efektifitas Kegiatan Qiroatul Kutub dalam Kemahiran Qiroah di Takhasus Aliyah PP. Wahid Hasyim Yogyakarta.
Penelitian R&D
Latar belakang
penelitian dan pengembangan adalah adanya potensi, kebutuhan dan permasalahan
yang membutuhkan pemecahan menggunakan produk tertentu. Potensi adalah segala
sesuatu yang bila didayagunakan akan memberikan nilai tambah. Pada bagian ini
dijelaskan potensi (produk) apa yang akan diteliti dan kemungkinan masalah yang
akan timbul jika potensi tersebut tidak dikembangkan.
Contoh latar
belakang masalah dalam penelitian R&D: “Pengembangan E-Comic Integratif
dalam Pembelajaran Tematik terpadu di Kelas IV Sekolah Dasar”
Dewasa ini,
dunia teknologi di Indonesia khususnya penggunaan jaringan internet mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Hal tersebut ditandai dengan jumlah pengguna
internet yang terus meningkat. Pangeran Samuel A (2015) menyampaikan bahwa
selama tahun 2014 menunjukkan pengguna internet naik menjadi 88,1 juta atau
dengan kata lain penetrasi sebesar 34,9%. Lebih lanjut
Pangeran Samuel A (2015) juga menyampaikan bahwa sebanyak 85%
pengguna internet melakukan aktivitas di dunia maya memakai telepon seluler (handphone),
32% memakai laptop/netbook, 13% memakai tablet, dan PC sebesar 14%.
Perkembangan
dunia teknologi di Indonesia bisa menjadi potensi yang sangat bagus dalam upaya
meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Implementasi perkembangan
teknologi dapat menciptakan proses pendidikan yang lebih efektif dan efisien.
Sehingga diperlukan upaya implementasi kemajuan teknologi pada bidang
pendidikan dengan pengembangan teknologi pada bidang pendidikan. Seperti
disampaikan oleh Hustandi dan Sutjipto (2011: 7) bahwa perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam
pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar.
Namun perkembangan
dunia teknologi khususnya bidang internet belum dimanfaatkan secara optimal di
dalam dunia pendidikan. Khususnya pendidikan Sekolah Dasar. Dari wawancara dan
observasi di Sekolah Dasar. Ian Bagus Koko Darminto, S.Pd guru kelas IV Sekolah
Dasar mengatakan “Guru jarang membuat media pembelajaran sendiri, hal tersebut
karena guru kesulitan untuk membuat media yang efektif dan efisien secara
murah”. Kondisi seperti yang disampaikan oleh narasumber menekankan bahwa
pentingnya media yang siap digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Dengan
media yang sudah siap untuk digunakan guru dalam proses pembelajaran maka akan
menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien.
Mengingat kembali
pada perkembangan teknologi khususnya bidang internet yang cepat, serta masalah
tentang kurangnya media berbasis teknologi yang digunakan di Sekolah Dasar.
Dikhawatirkan tujuan pembelajaran lebih lambat untuk dicapai. Maka peneliti
mencoba untuk mengembangan E-Comic Integratif, yang
merupakan media pembelajaran berbentuk komik yang dapat digunakan dalam ponsel
seorang siswa.
Atas dasar
pembahasan di atas maka penulis mengembangkan media pembelajaran komik berbasis
teknologi. Pengembangan media tersebut yaitu E-Comic Integratif.
Alasan yang telah diuraikan di atas merupakan faktor-faktor yang
melatarbelakangi peneliti untuk mengadakan penelitian yang berjudul
“Pengembangan E-Comic Integratif dalam Pembelajaran Tematik
terpadu di Sekolah Dasar”
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Latar belakang
masalah dalam penelitian merupakan informasi dasar yang tersusun sistematis
yang menceritakan hal-hal yang melatarbelakangi mengapa seorang peneliti
memilih judul penelitian. Latar belakang masalah yang baik harus disusun dengan
jelas dan disertai dengan data atau fakta yang mendukung.
Ada tiga hal
yang harus ada pada latar belakang masalah. Pertama, konsep dan isi
dokumen yang relevan dengan topik penelitian. Kedua, pernyataan para
ahli (expert), para pemegang kebijakan terutama yang mendukung terhadap
rencana penelitian kita. Ketiga, hasil pelacakan studi topik yang sama
yang pernah dilakukan oleh orang lain
Adapun latar
belakang yang baik adalah umumnya mengungkapkan paling tidak empat hal, yaitu:
mengungkapkan isu-isu (issues), mengungkapkan fakta-fakta (exiting
information), mengungkapkan nilai guna untuk apa masalah dipecahkan (need),
memiliki tingkat kesukaran berkenaan dengan pemecahan masalahnya atau masih
langka/jarang orang meneliti itu (difficulty).
Penyusunan
latar belakang masalah dalam penelitian kuantitatif, kualitatif maupun R&D
mempunyai karakteristik tersendiri. Dalam penelitian kuantitatif latar belakang
masalah harus menggambarkan hubungan antara dua variabel atau lebih dan masalah
yang diteliti bersifat empiris. Sedangkan dalam penelitian kuantitatif latar
belakang masalah mengemukakan gambaran keadaan yang sedang terjadi yang
dikaitkan dengan kebijakan, teori, perencanaan, tujuan dan pengalaman sehingga
terlihat adanya kesenjangan yang merupakan masalah. Lain halnya dengan kedua
penelitian di atas latar belakang dalam peneltian R&D merupakan sebuah
kebutuhan dan permasalahan yang membutuhkan pemecahan menggunakan produk
tertentu.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali, Muhammad. Stategi Penelitian Pendidikan, Bandung:
Angkasa, 1993.
S. Maergono. Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka
Cipta, 2014.
Sangaji, Etta Mamang. Metodologi Penelitian: Pendekatan Praktis
dalam Penelitian, Yogyakarta: Andi, 2010.
Sanjaya, H. Wina. Penelitian Pendidikan : Jenis, Metode dan
Prosedur, Jakarta: Kencana, 2013.
Sedarmayanti, dkk. Metodologi Penelitian, Bandung: Mandar
Maju, 2011.
Sudaryono. Educational Research Methodology, Jakarta: Ilmu Lentera
Cendikia, 2004.
Trianto. Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan
Profesi Pendidikan dan Tenaga Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2010.
Yunus, Hadi Sabari. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar