Latar Belakang

Oleh Sri Handayani dan Ruliana Khasanah

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penulisan karya ilmiah biasanya dilakukan untuk menemukan atau memecahkan suatu permasalah yang terkait dalam bidang ilmu pengetahuan. Dalam pembuatan karya ilmiah peneliti biasanya menghadapi banyak kesulitan diantaranya yakni tatacara penulisan, penggunaan metode penelitian dan instrument penelitian. Karya ilmiah adalah karya tulis atau bentuk lainnnya yang mengikuti pedoman ilmiah yang telah disepakati dan ditetapkan.
Karya ilmiah merupakan salah satu bentuk laporan, informasi baru, gagasan ataupun hasil penelitian yang dibuat dengan sebenar-benarnya untuk memberikan suatu wawasan pengetahuan kepada masyarakat pada umumnya dan dunia keilmuan pada khususnya.
           Penelitian dilakukan dengan adanya kesenjangan yang terjadi pada suatu kondisi atau situasi yang mengharuskan dilakukannya penelitian. Mulai dari sini pemakalah akan mengangkat suatu masalah yang melatar belakangi kagiatan penelitian.
            Adapun tujuan umum dari sebuah penelitian ialah untuk meningkatkan daya imajinasi mengenai masalah-masalah pendidikan. Kemudian meningkatnya daya nalar untuk mencari jawaban permasalahan itu melalui penelitian.
            Dari beberapa definisi diatas, terdapat dua hal yang dapat diidentifikasi dalam sebuah penelitian, yakni:
1.      What yaitu usaha menemukan sesuatu
2.      How yaitu bagaimana menemukan sesuatu itu
Pada latar belakang peneliti menerangkan ulasan kenapa suatu masalah harus diangkat sebagai bahan yang harus diteliti. Penulisan latar belakang harus bisa menjawab pertanyaan MENGAPA (why) dari judul yang diangkat yakni mampu menerangkan secara rinci permasalahan dengan kata yang baik dalam paragraf. Kalimat harus dapat menjelaskan alasan, tujuan dan metode pemecahan masalah yang diangkat dalam penelitian.
Para peneliti, terutama peneliti baru, merasa kesulitan untuk mengidentifikasi dan menyusun suatu latar belakang masalah dalam penelitian. Padahal dalam kehidupan sosial, implementasi pendidikan dan kejadian di alam semesta menyajikan setumpuk masalah yang tak habis-habisnya. Meskipun demikian, masalah-masalah yang ada pun sulit untuk didefinisikan khususnya oleh peneliti baru.

  1. Rumusan Masalah
1.      Bagiamana cara penyusunan latar belakang masalah dalam penelitian?
2.      Bagiamana penyusunan latar belakang masalah dalam penelitian kualitatif, kuantitatif dan R&D?

  1. Tujuan Penulisan Makalah
1.    Memberikan informasi tentang tata cara penyusunan latar belakang masalah dalam penelitian
2.    Memberikan informasi tentang  bentuk sususan latar belakang masalah dalam penelitian kualitatif, kuantitatif dan R&D

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Penyusunan Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah merupakan uraian yang mengantarkan pembaca memahami mengapa suatu gejala yang akan diangkat sebagai fokus penelitian. Latar belakang masalah berisi uraian mengenai keadaan berbagai gejala yang memperlihatkan adanya suatu masalah. Latar belakang masalah ini dimaksudkan untuk menjelaskan masalah yang diteliti itu penting dilihat dari segi profesi peneliti, pengembangan ilmu dan kepentingan pembangunan. Yang perlu disajikan dalam latar belakang masalah adalah apa yang membuat peneliti merasa gelisah dan resah sekiranya masalah tersebut tidak diteliti. Dalam latar belakang masalah sebaiknya diungkapkan gejala-gejala kesenjangan yang terdapat di lapangan sebagai dasar pemikiran untuk memunculkan permasalahan. Ada baiknya kalau diutarakan kerugian-kerugian apa yang bakal diderita apabila masalah tersebut dibiarkan tidak diteliti dan keuntungan-keuntungan apa yang kiranya bakal diperoleh, apabila masalah tersebut diteliti. Perlu pula diuraikan secara jelas tentang kedudukan masalah yang hendak diteliti itu di dalam wilayah bidang studi yang ditekuni oleh peneliti yang bersangkutan.
Uraian latar belakang masalah harus berdasarkan pada fakta atau kondisi faktual, bukan asumsi dan bukan hipotesis. Untuk memperkuat uraian, peneliti dituntut menyertakan supporting figures yang dapat berwujud data statistik, statemen peneliti terdahulu yang valid, tabel atau grafik dan lain sebagainya.  Makin banyak atau makin lengkap supporting figures maka makin kuat uraian mengenai latar belakang masalah. Uraian dapat dimulai dari situasi problematisnya, keterkaitan situasi problematis itu dengan situasi praktik dan antisipasi tentang berbagai kemungkinan yang bisa timbul apabila sistuasi problematis itu dapat atau tidak dapat terpecahkan. Selanjutnya dianalisis berbagai variable yang terkait dengan situasi problematis itu dapat atau tidak dapat terpecahkan. Selanjutnya dianalisis berbagai variabel yang terkait dengan situasi problematis tersebut, baik mengacu pada teori maupun kenyataan. Berdasarkan analisis ini, selanjutnya dikemukakan permasalahan utama penelitian dan antisipasi tentang berbagai kemungkinan yang dapat terjadi bila permasalahan itu dapat atau tidak dipecahkan, sehingga tampak jelas bahwa penelitian yang bersangkutan perlu dilakukan. Uraian menegenai latar belakang masalah diharapkan tidak terlalu panjang, hal ini bertujuan untuk menghindarkan pengaburan substansi yang ditonjolkan. Untuk menegaskan uraian berkaiatan dengan latar belakang masalah, peneliti dapat menemukannya dalam bagian akhir uraian mengenai latar belakang masalah.
Latar belakang masalah berisi tentang segala sesuatu yang mendorong peneliti tertarik dengan topik atau judul penelitian. Ada tiga hal yang harus ada pada latar belakang masalah. Pertama, konsep dan isi dokumen yang relevan dengan topik penelitian. Kedua, pernyataan para ahli (expert), para pemegang kebijakan terutama yang mendukung terhadap rencana penelitian kita. Ketiga, hasil pelacakan studi topik yang sama yang pernah dilakukan oleh orang lain. Hal ini penting dilakukan untuk menjamin keorisinilan penelitian kita.
Dalam suatu penelitian ilmiah, proses lahirnya suatu masalah tersaji secara formal dalam berbagai bentuk uraian latar belakang masalah. Melalui latar belakang masalah, pengalaman tentang permasalahan penelitian yang sedang dihadapi  dapat menjadi lebih utuh. Alasannya adalah suatu latar belakang masalah yang baik umumnya mengungkapkan paling tidak empat hal, yaitu:
1.        Mengungkapkan isu-isu (issues)
Isu ada dalam latar belakang masalah mengingat isu merupakan hal yang mengganjal tentang sesuatu hingga memerlukan penyelesaian. Isu bisa merupakan gejala, fenomena, atau komentar yang sedang ramai saat ini. Isu berperan sebagai masalah yang pokok dan segera memerlukan penyelesaian.
2.        Mengungkapkan fakta-fakta (exiting information)
Selain isu, dalam latar belakang masalah biasa diuraikan pula fakta-fakta yang memperkuat isu. Maksudnya, ada keyakinan bahwa isu yang diangkat tidaklah dibuat-buat, melainkan nyata adanya. Fakta-fakta yang dimaksud umumnya tentang data berupa angka, data-data kualitatif, dan lain-lain.
3.        Mengungkapkan nilai guna untuk apa masalah dipecahkan (need)
Ada baiknya peneliti menguraikan kebutuhan penelitian, yaitu untuk apa masalah dipecahkan melalui penelitiannya. Suatu penelitian memiliki arti lebih apabila hasilnya dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lain.
4.        Memiliki tingkat kesukaran berkenaan dengan pemecahan masalahnya atau masih langka/jarang orang meneliti itu (difficulty)
Hal lain yang sering disertakan dalam latar belakang masalah adalah difficulty masalah yang akan diteliti. Maksudnya, selain menarik, penelitian yang meneliti masalah pun masih langka/jarang. Sehingga masalah yang diteliti bisa menjadi masukan berharga bagi siapa pun.

B.     Latar belakang Masalah Dalam Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
       Penelitian Kuantitatif
Masalah merupakan kesenjangan antara situasi yang diharapkan dan situasi yang ada. Dapat juga dikatakan sebagai kesenjangan antara tujuan yang ingin dicapai dengan keterbatasan alat dan sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan tersebut. Masalah juga dapat dikatakan sebagai kesenjangan antara teori dan praktik. Masalah penelitian dilatar belakangi oleh adanya situasi yang memerlukan pemecahan sehingga perlu dilakukan suatu penelitian. Masalah yang masih umum dapat berkembang menjadi masalah penelitian kuantitatif apabila memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut:
1.      Suatu masalah penelitian harus menggambarkan hubungan antara dua variabel atau lebih.
2.      Walaupun tidak merupakan suatu keharusan bahwa suatu masalah harus dinyatakan dalam bentuk pertanyaan, akan tetapi banyak ahli penelitian menyarankan bahwa masalah penelitian hendaknya dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Masalah penelitian yang dinyatakan dalam bentuk pertanyaan lebih mengarahkan pada jawaban yang diharapkan. Dengan menyajikan masalah dalam bentuk pertanyaan, jawaban akan lebih jelas dan langsung pada sasarannya.
3.      Suatu masalah penelitian memerlukan pengujian secara empiris. Pengujian empiris berarti bahwa pemecahannya dilandasi oleh bukti-bukti empiris dengan cara mengumpulkan data yang relevan.
Latar belakang masalah adalah alasan mendasar yang menunjukkan bahwa tema/topik/judul penelitian tersebut penting dan menarik untuk dilaksanakan. Pada bagian ini berisi tentang peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi pada suatu budang kajian penelitian. Tetapi, dalam peristiwa itu, sekarang ini tampak ada penyimpangan-penyimpangan dan standar yang ada, baik yang standar yang bersifat keilmuan maupun aturan-aturan. Oleh karena itu, dalam latar belakang ini, penelitian harus melakukan analisis masalah, peneliti harus dapat menunjukan adanya suatu penyimpangan yang menunjukkan dengan data dan menuliskan mengapa hal ini perlu diteliti.
Latar belakang masalah penelitian tidak muncul begitu saja atas dasar inspirasi. Untuk mendapatkannya peneliti dapat mencari dari berbagai sumber rujukan antara lain ialah:
1.      Hasil kajian pustaka. Pustaka-pustaka yang berupa buku, dokumen ilmiah, jurnal, terbitan berkala, indeks, laporan hasil penelitian, abstrak tesis dan disertasi, dan internet, merupakan sumber-sumber yang sangat penting dalam memperoleh msalah penelitian. Biasanya siapa yang lebih banyak menguasai bahan pustaka, akan lebih mudah mendapatkan masalah penelitian.
2.      Hasil diskusi dengan sejawat atau kolegial yang seprofesi. Dari diskusi-diskusi baik yang bersifat formal maupun yang informal akan dapat membantu peneliti dalam menemukan masalah penelitian. Diskusi memiliki beragam bentuk, yang semuanya dapat dimanfaatkan untuk menemukan masalah penelitian, seperti seminar, simposium, diskusi panel, konferensi, lokakarya, dan yang sejenis lainnya.
3.      Masalah penelitian juga dapat diperoleh dari lapangan, misalnya sekolah, universitas, organisasi, masyarakat, maupun lembaga lain dimana peneliti berada dan bergaul dengan sesama dalam kehidupan sehari-harinya.
4.      Pengalaman-pengalaman pribadi juga sering merupakan sumber munculnya masalah penelitian bahkan tidak jarang suatu masalah penelitian yang muncul berkat renungan pribadi.
5.      Surat kabar harian, majalah-majalah, dan media elektronik dapat membantu peneliti dalam mengangkat masalah penelitian.
6.      Masalah penelitian juga sering muncul sebagai akibat kemajuan dan perubahan teknologi informasi. Suatu teknologi dan informasi baru mengandung efek samping yang patut dan layak diteliti.
Berdasarkan sumber di atas substansi serta struktur pembahasan dalam latar belakang masalah dapat disajikan dalam tata urutan sebagai berikut:
1.         Mengungkap tinjauan makro atau dasar pemikiran tentang tema/topik/judul penelitian dimana area permasalahan berada.
2.         Mengungkap alasan rasional dan empiris tentang pentingnya tema/topik/judul penelitian.
3.         Mengungkap adanya kesenjangan antara harapan das sollen dan kenyataan das sein untuk mengemukakan variabel. Dengan kata lain, mengungkap fakta-fakta empiris di lapangan yang menunjukan adanya suatu masalah yang harus dipecahkan sumber informasi dapat diambil dari data statistik, hasil penelitian sebelumnya, pengamatan, atau pengalaman peneliti.
4.         Mengemukakan faktor-faktor yang diduga dapat menjadi penyebab munculnya suatu masalah atau rendahnya variabel dengan menggunakan pendekatan logis berdasarkan fakta atau dengan, menggunakan pendekatan teoritis berdasarka teori dan hasil penelitian yang relevan.
Contoh latar belakang masalah dalam penelitian kuantitatif : Pengaruh Metode Al-qowaid Terhadap Kemampuan Berbahasa Arab Santri Pondok Pesantren Walisongo Sragen”
Bahasa Arab merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di pondok pesantren di indonesia yang berfungsi sebagai bahasa agama dan ilmu pengetahuan, disamping itu  juga sebagai alat komunikasi. Karena keterkaitannya dengan agama dan ilmu pengetahuan, maka bahasa arab merupakan bagian yang tak terpisahkan dari jumlah studi lain yang diajarkan di pondok pesantren. Dan hal ini merupakan keistimewaan tersendiri dari bahasa lainnya karena bahasa arab merupakan kunci dalam memahami agama dan ilmu pengetahuan yang terkandung didalamnya, sehingga dalam memahami agama dan ilmunya daapat menjadikan pengkaderisasian untuk generasi umat islam.
Secara historis, pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di indonesia.Meskipun seringkali pondok pesantren dikatakan sebagai lembaga pendidikan yang konservatif, tradisional dan sudah kuno, namun harus diakui bahwa pondok pesantren mempunyai karakteristik dan ketangguhan tersendiri sampai kini. Keberadaannya yang tetap eksis pada zaman teknologi ini memiliki nilai keunggulan tersendiri bagi umat islam.
  Ditengah arus globalisasi dan kecanggihan teknologi yang kian mengikat persaingan, pondok pesantren masih kerap mendiskusikan berbagai ilmu, dan memahami ilmu pengetahuan yang berbasis arab serta penggunaan bahasa arab dalam kesehariannya. Dengan ketrampilan lisan, santri diharapkan menguasai sejumlah kosa kata  dan struktur kalimat dan dapat berbicara secara aktif.
Untuk selalu eksis dalam berbahasa arab terutama dalam pengucapan yang mahir dan pelafalan yang benar,santri harus memahami dan mengetahui kaidah-kaidah ilmu nahwu dan shorof karena merupakah ilmu pokok yang harus dikuasai dalam penggunaan bahasa arab, sehingga dalam berkomunikasi dapat dipahami dan tidak menimbulkan pertanyaan atau ungkapan salah paham.
  Kemampuan berbahasa dan memahami ilmu yang berbasis arab yang dimiliki santri tidaklah lepas dari sebuah pembelajaran/pengajaran yang sering juga disebut sebagai metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Karena seperti sebuah ungkapan oleh muhammad yunus yang sudah tidak asing dan sering kita dengar, bahwa metode itu lebih penting daripada materi.
Di banyak pondok pesantren di indonesia, pengajaran bahasa arab lebih banyak menggunakan metode alqowaid, karena metode ini langsung menerapkan pada setiap kedudukan yang diucapkan dalam setiap kata, memperhatikan setiap bentuk kata dan  dapat mengetahui faedah dari setiap bentuk kata, sehingga santri mengetahui dalam penggunaan kata yang sesuai faedahnya tersebut. Jadi metode ini sangat sesuai dalam penerapan bahasa arab terutama pelafalannya, maka seorang pengajar dalam menerapkan metode ini tidak boleh melakukan kesalahan nahwiyah dalam menyusun kalimat.
Namun pada kenyataannya, dengan metode alqowaid ini ada santri yang belum mampu berbahasa arab. Untuk melihat sejauh mana pengaruh metode alqowaid dalam kemampuan santri berbahasa arab. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti tentang Pengaruh Metode Alqowaid Terhadap Kemampuan Berbahasa Arab Santri Pondok Pesantren Walisongo Sragen”

Penelitian Kualitatif
Dalam penelitian kualitatif masalah ini bersifat sementara, namun perlu dikemukakan dalam proposal penelitian. Masalah merupakan penyimpangan antara yang diharapkan dengan apa yang terjadi. Dalam latar belakang masalah ini perlu dikemukakan gambaran keadaan yang sedang terjadi yang dikaitkan dengan kebijakan, teori, perencanaan, tujuan dan pengalaman sehingga terlihat adanya kesenjangan yang merupakan masalah. Masalah yang berbentuk data dapat diperoleh melalui studi pendahuluan, pencermatan dokumen laporan penelitian, atau pernyataan orang-orang yang dianggap telah memiliki kredibilitas dalam bidangnya. Jika suatu permsalahan belum diatasi maka diperlukan suatu penelitian. Dengan demikian, uraian dalam latar belakang masalah adalah menjawab pertanyaan mengapa peneletian ini dilakukan.
Contoh latar belakang masalah dalam penelitian kualitatif: Efektifitas Kegiatan Qiroatul Kutub dalam Kemahiran Qiroah di Takhasus Aliyah PP. Wahid Hasyim Yogyakarta.
Bahasa adalah alat komunikasi , begitu pula dengan bahasa Arab. Bahasa Arab adalah kata yang disampaikan oleh orang Arab untuk menyampaikan tujuan mereka. Bahasa arab sebagai alat komunikasi adalah alat untuk menyampaikan fikiran dan perasaan, yang dapat dinyatakan dengan tanda berbunyi ataupun tulisan. Masuknya bahasa Arab ke Indonesia bersamaan dengan masuknya Islam itu sendiri ke negeri ini. Hal ini karena bahasa arab tidak bisa dilepaskan dari agama, sehingga bahasa Arab sering dianggap sebagai bahas agama, terlebih dua sumber utama Islam, yaitu al- Quran dan  al- Hadits ditulis dengan bahasa Arab. Oleh karena itu sangat mungkin pengajaran bahasa arab juga mulai berlangsung brsamaan dengan tersebarnya Islam di Indonesia yakni sekitar abad ke- 12M.
Dalam implementasinya, bagi seorang guru bukanlah hal yang mudah untuk menyampaikan materinya (teks-teks Arab). Guru dituntut untuk bisa menggunakan cara atau metode yang paling efisien dan efektif agar siswa bisa memahasi teks-teks bahasa Arab lainya selain itu juga, dalam proses pembelajaran metode menempati posisi penting, karena pelajaran yang disampaikan oleh guru tanpa memperhatikan metode justru akan mempersulit bagi guru dalam mencapai tujuan pengajaran. Jadi dapat difahami suatu cara yang strategi dalam kegiatan belajar mengajar dan nilai strateginya adalah metode dapat dipengaruhi jalannya kegiatan belajar mengajar.]
Dalam pembelajaranya bahasa Arab tidak terlepas dari pembelajaran untuk meningkatkan empat kecakapan (maharah) atau keterampilan (skill) yang ada dalam berbahasa. Keempat keterampilan berbahasa tersebut adalah keterampilan mendengarkan (maharah al-istima’), keterampilan (maharah al-kalam), keterampilan membaca (maharah al-qira’ah), dan keterampilan (maharah al-kitabah). Dalam kurikulum pondok pesantren terdapat kegiatan qiroatul kutub yang dimana kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan kemahiran membaca pada santri pondok pesantren tersebut. Untuk melihat sejauh mana efektifitas kegiatan tersebut maka perlu dilakukan penelitian. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti tentang Efektifitas Kegiatan Qiroatul Kutub dalam Kemahiran Qiroah di Takhasus Aliyah PP. Wahid Hasyim Yogyakarta.

Penelitian R&D
Latar belakang penelitian dan pengembangan adalah adanya potensi, kebutuhan dan permasalahan yang membutuhkan pemecahan menggunakan produk tertentu. Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memberikan nilai tambah. Pada bagian ini dijelaskan potensi (produk) apa yang akan diteliti dan kemungkinan masalah yang akan timbul jika potensi tersebut tidak dikembangkan.
Contoh latar belakang masalah dalam penelitian R&D: Pengembangan E-Comic Integratif dalam Pembelajaran Tematik terpadu di Kelas IV Sekolah Dasar
Dewasa ini, dunia teknologi di Indonesia khususnya penggunaan jaringan internet mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal tersebut ditandai dengan jumlah pengguna internet yang terus meningkat. Pangeran Samuel A (2015) menyampaikan bahwa selama tahun 2014 menunjukkan pengguna internet naik menjadi 88,1 juta atau dengan kata lain penetrasi sebesar 34,9%. Lebih lanjut Pangeran  Samuel A (2015) juga menyampaikan bahwa sebanyak 85% pengguna internet melakukan aktivitas di dunia maya memakai telepon seluler (handphone),  32% memakai laptop/netbook, 13% memakai tablet, dan PC sebesar 14%.
Perkembangan dunia teknologi di Indonesia bisa menjadi potensi yang sangat bagus dalam upaya meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Implementasi perkembangan teknologi dapat menciptakan proses pendidikan yang lebih efektif dan efisien. Sehingga diperlukan upaya implementasi kemajuan teknologi pada bidang pendidikan dengan pengembangan teknologi pada bidang pendidikan. Seperti disampaikan oleh Hustandi dan Sutjipto (2011: 7) bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar.
Namun perkembangan dunia teknologi khususnya bidang internet belum dimanfaatkan secara optimal di dalam dunia pendidikan. Khususnya pendidikan Sekolah Dasar. Dari wawancara dan observasi di Sekolah Dasar. Ian Bagus Koko Darminto, S.Pd guru kelas IV Sekolah Dasar mengatakan “Guru jarang membuat media pembelajaran sendiri, hal tersebut karena guru kesulitan untuk membuat media yang efektif dan efisien secara murah”. Kondisi seperti yang disampaikan oleh narasumber menekankan bahwa pentingnya media yang siap digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Dengan media yang sudah siap untuk digunakan guru dalam proses pembelajaran maka akan menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien.
Mengingat kembali pada perkembangan teknologi khususnya bidang internet yang cepat, serta masalah tentang kurangnya media berbasis teknologi yang digunakan di Sekolah Dasar. Dikhawatirkan tujuan pembelajaran lebih lambat untuk dicapai. Maka peneliti mencoba untuk mengembangan E-Comic  Integratif, yang merupakan media pembelajaran berbentuk komik yang dapat digunakan dalam ponsel seorang siswa.
Atas dasar pembahasan di atas maka penulis mengembangkan media pembelajaran komik berbasis teknologi. Pengembangan media tersebut yaitu E-Comic Integratif. Alasan yang telah diuraikan di atas merupakan faktor-faktor yang melatarbelakangi peneliti untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Pengembangan E-Comic Integratif dalam Pembelajaran Tematik terpadu di Sekolah Dasar”

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Latar belakang masalah dalam penelitian merupakan informasi dasar yang tersusun sistematis yang menceritakan hal-hal yang melatarbelakangi mengapa seorang peneliti memilih judul penelitian. Latar belakang masalah yang baik harus disusun dengan jelas dan disertai dengan data atau fakta yang mendukung.
Ada tiga hal yang harus ada pada latar belakang masalah. Pertama, konsep dan isi dokumen yang relevan dengan topik penelitian. Kedua, pernyataan para ahli (expert), para pemegang kebijakan terutama yang mendukung terhadap rencana penelitian kita. Ketiga, hasil pelacakan studi topik yang sama yang pernah dilakukan oleh orang lain
Adapun latar belakang yang baik adalah umumnya mengungkapkan paling tidak empat hal, yaitu: mengungkapkan isu-isu (issues), mengungkapkan fakta-fakta (exiting information), mengungkapkan nilai guna untuk apa masalah dipecahkan (need), memiliki tingkat kesukaran berkenaan dengan pemecahan masalahnya atau masih langka/jarang orang meneliti itu (difficulty).
Penyusunan latar belakang masalah dalam penelitian kuantitatif, kualitatif maupun R&D mempunyai karakteristik tersendiri. Dalam penelitian kuantitatif latar belakang masalah harus menggambarkan hubungan antara dua variabel atau lebih dan masalah yang diteliti bersifat empiris. Sedangkan dalam penelitian kuantitatif latar belakang masalah mengemukakan gambaran keadaan yang sedang terjadi yang dikaitkan dengan kebijakan, teori, perencanaan, tujuan dan pengalaman sehingga terlihat adanya kesenjangan yang merupakan masalah. Lain halnya dengan kedua penelitian di atas latar belakang dalam peneltian R&D merupakan sebuah kebutuhan dan permasalahan yang membutuhkan pemecahan menggunakan produk tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. Stategi Penelitian Pendidikan, Bandung: Angkasa, 1993.
S. Maergono. Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2014.
Sangaji, Etta Mamang. Metodologi Penelitian: Pendekatan Praktis dalam Penelitian, Yogyakarta: Andi, 2010.
Sanjaya, H. Wina. Penelitian Pendidikan : Jenis, Metode dan Prosedur, Jakarta: Kencana, 2013.
Sedarmayanti, dkk. Metodologi Penelitian, Bandung: Mandar Maju, 2011.
Sudaryono. Educational Research Methodology, Jakarta: Ilmu Lentera Cendikia, 2004.
Trianto. Pengantar Penelitian Pendidikan bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan Tenaga Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2010.
Yunus, Hadi Sabari. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar