Oleh : Khabibul
Khoiri dan Arina
Wahyuni
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penelitian merupakan suatu kegiatan
untuk mencari jawaban dari sebuah persoalan melalui pengumpulan data
berdasarkan hasil analisa dalam proses penelitian. Penelitian dipandang sebagai
upaya menjawab pemasalahan secara sistematik dengan metode-metode tertentu
melalui pengmpulan data empiris, mengolah, dan menarik kesimpulan atas jawaban
suatu masalah. Dalam melakukan penelitian seseorang dihadapkan pada
permasalahan dan harus mencari jalan keluarnya, dengan cara mengumpulkan data
dan informasi yang relevan. Dugaan atau perkiraan semacam ini biasanya disebut
dengan hipotesis.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Hipotesis ?
2. Apasajakah Jenis-Jenis Hipotesis ?
3. Apasajakah Bentuk-Bentuk Hipotesis ?
4. Bagaimanakah Karakteristik Hipotesis
?
5. Bagaimanakah Perumusan Hipotesis ?
6. Bagaimanakah Konsep Dasar Pengujian
Hipotesis ?
7. Bagaimanakah Pengujian Hipotesis ?
C.
Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian
Hipotesis.
2. Untuk Mengetahui Jenis-Jenis
Hipotesis.
3. Untuk Mengetahui Bentuk-Bentuk
Hipotesis.
4. Untuk Mengetahui Karakteristik
Hipotesis.
5. Untuk Mengetahui Perumusan
Hipotesis.
6. Untuk Mengetahui Konsep Dasar
Pengujian Hipotesis.
7. Untuk Mengetahui Pengujian
Hipotesis.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Hipotesis
Hipotesis berasal dari dua suku kata yaitu, Hypo (Belum
Tentu Benar) dan Thesis (Kesimpulan). Jadi hipotesis adalah hasil atau
kesimpulan yang ditentukan dari sebuah penelitian yang belum tentu
kebenarannya, dan baru akan menjadi benar jika sudah disertai dengan
bukti-bukti.
Adapun definisi
hipotesis menurut beberapa ahli antara lain:
a.
Menurut
Sugiyono, Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan.
b.
Menurut Uma Sekaran, mendefinisikan hipotesis sebagai
hubungan yang diperkirakan secara logis di antara dua atau lebih variabel yang
diungkap dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji.
c.
Fraenkel dan Wallen, berpendapat bahwa hipotesis merupakan
prediksi mengenai kemungkinan hasil dari suatu penelitian.
d.
Suharsimi Arikunto, mendefinisikan bahwa hipotesis sebagai
alternatif dugaan jawaban yang dibuat oleh peneliti bagi problematika yang
diajukan dalam penelitiannya.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Hipotesis
merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan sampai terbukti
melalui data yang terkumpul dengan menggunakan metode-metode penelitian yang
relevan. Apabila peneliti telah mendalami permasalahan penelitian dengan
seksama dan menetapkan anggapan dasar maka peneliti harus menguji untuk menghasilkan keputusan atau
kesimpulan yang tepat. Sedangkan Secara garis besar kegunaan hipotesis itu
sendiri adalah:
a.
Memberikan
batasan serta memperkecil jangkauan penelitian dan kerja penelitian.
b.
Menyiagakan
peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta yang kadangkala hilang
begitu saja dari perhatian peneliti.
c.
Sebagai
alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-berai tanpa
koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting yang menyeluruh.
d.
Sebagai
panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta.
B.
Jenis-jenis Hipotesis
Adapun
jenis-jenis hipotesis, yaitu :
1. Hipotesis Penelitian
Hipotesis Penelitian adalah
hipotesis yang mengandung pernyataan mengenai hubungan atau pengaruh, baik
secara positif atau secara negatif antara dua variable atau lebih sesuai dengan
teori. Jenis hipotesis ini juga sering disebut sebagai hipotesis yang dilihat
dari sifat variabel yang akan diuji. Dilihat
dari sifat yang akan diuji, hipotesis penelitian dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu:
(1)
hipotesis tentang hubungan.
(2)
hipotesis tentang perbedaan.
Hipotesis tentang hubungan yaitu
hipotesis yang menyatakan tentang saling hubungan antara dua variabel atau
lebih, mengacu ke penelitian korelasional. Hubungan antara variabel tersebut
dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
(a).
hubungan yang sifatnya sejajar tidak timbal balik.
(b).
hubungan yang sifatnya sejajar timbal balik.
(c).
hubungan yang menunjuk pada sebab akibat tetapi tidak timbal balik.
Sedangkan hipotesis tentang
perbedaan, yaitu hipotesis yang menyatakan perbedaan dalam variabel tertentu
pada kelompok yang berbeda. Hipotesis tentang perbedaan ini mendasari berbagai
penelitian komparatif dan eksperimen.
2. Hipotesis dilihat dari kategori
rumusannya (Hipotesis Statistik)
Menurut Yatim Riyanto hipotesis
dilihat dari kategori rumusannya dibagi menjadi dua, yaitu :
(1)
Hipotesis Nihil (Null Hypotheses) yang biasa disingkat dengan Ho.
(2)
Hipotesis Alternative (Alternative Hypotheses) yang biasa disingkat
dengan Ha.
Hipotesis nihil (Ho), yaitu
hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan antara suatu variabel dengan
variabel yang lain. Contohnya, Tidak ada hubungan antara penguasaan Mufrodat
(Kosakata) siswa terhadap kemampuan Kalam (Berbicara) Bahasa Arab.
Sedangkan
hipotesis alternatif (Ho) yaitu hipotesis yang menyatakan adanya hubungan
antara suatu variabel dengan variabel yang lain. Contohnya, Ada hubungan antara
penguasaan Mufrodat (Kosakata) siswa terhadap kemampuan Kalam
(Berbicara) Bahasa Arab.
Hipotesis alternatif ada dua macam,
yaitu Directional Hipotheses (hipotesis terarah) dan Non Directional
Hipotheses (hipotesis tak terarah).
a. Hipotesis Terarah (Directional
Hipotheses) adalah hipotesis yang diajukan oleh peneliti, di mana peneliti
sudah menemukan dengan tegas yang menyatakan bahwa variabel independent memang
sudah diprediksi berpengaruh terhadap variabel dependent. Misalnya : Kemampuan Kalam
(Bicara) siswa yang berada di Lingkungan Bahasa Arab (Bi’ah Al-‘Arobiyyah)
lebih tinggi daripada siswa yang berada di Lingkungan umum.
b. Hipotesis Tak Terarah (Non
Directional Hipotheses) adalah hipotesis yang diajukan dan dirumuskan oleh
peneliti tampak belum tegas bahwa variabel independent berpengaruh terhadap
variabel dependent. Frankel dan Wallen menyatakan bahwa hipotesis tak terarah
menggambarkan bahwa peneliti tidak menyusun prediksi secara spesifik tentang
arah hasil penelitian yang akan dilakukan. Misalnya: Ada perbedaan pengaruh antara
Lingkungan Bahasa Arab (Bi’ah Al-Arobiyyah) dan lingkungan umum terhadap
kemampuan Kalam (Bicara) siswa.
3. Jenis hipotesis yang dilihat dari keluasan
atau lingkup variabel yang diuji
Ditinjau dari keluasan dan
lingkupnya, dapat dibedakan menjadi hipotesis mayor dan hipotesis minor.
Hipotesis mayor adalah hipotesis yang mencakup kaitan seluruh variabel dan
seluruh subjek penelitian. Sedangkan hipotesis minor adalah hipotesis yang
terdiri dari bagian-bagian atau sub-sub dari hipotesis mayor (jabaran dari
hipotesis mayor).
Contoh hipotesis mayor : Ada hubungan antara penguasaan Mufrodat
(Kosakata) siswa terhadap kemampuan Kalam (Berbicara) Bahasa Arab.
Contoh
hipotesis minor :
a.
Ada hubungan antara penguasaan Mufrodat (Kosakata)
siswa terhadap kemampuan Kalam (Berbicara) Bahasa Arab.
b. Ada hubungan antara jumlah Mufrodat (Kosakata) yang
dikuasai terhadap kemampuan Kalam (Berbicara) Bahasa Arab.
c. Ada hubungan antara kualitas hafalan Mufrodat
(Kosakata) siswa terhadap kemampuan Kalam (Berbicara) Bahasa Arab.
C.
Bentuk-bentuk Hipotesis
Bentuk-bentuk
hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian. Bila
dilihat dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah penelitian ada
tiga yaitu; Rumusan Masalah Deskriptif (Variable Mandiri), Komparatif (Perbandingan),
dan Asosiatif (Hubungan). Oleh karena itu, maka bentuk hipotesis penelitian
juga ada tiga yaitu hipotesis Deskriptif, Komparatif, dan Asosiatif atau
hubungan.
a.
Hipotesis
Deskriptif
Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap masalah
deskriptif, yaitu yang berkenaan dengan variable mandiri. Contoh: Seorang
peneliti ingin mengetahui pengaruh metode Qiyasiyyah. Peneliti ingin
mengetahui apakah ada pengaruh mengenai keunggulan metode Qiyasiyyah terhadap
penguasaan ilmu nahwu siswa.
1.
Rumusan masalah : Apakah ada
pengaruh mengenai keunggulan metode Qiyasiyyah terhadap penguasaan ilmu
nahwu siswa.?
2.
Ho : Tidak Ada pengaruh mengenai
keunggulan metode Qiyasiyyah terhadap penguasaan ilmu nahwu siswa.
3.
Ha : Ada pengaruh mengenai
keunggulan metode Qiyasiyyah terhadap penguasaan ilmu nahwu siswa.
b.
Hipotesis
Komparatif
Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah komparatif. Pada rumusan ini, variabelnya sama tetapi populasi atau
sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda.
Peneliti ingin mengetahui manfaat media Audio Visual
terhadap kemampuan Istima’ (Mendengar) bahasa arab siswa MTs An-Nawawi .
Peneliti berasumsi akan ada perbedaan kemampuan Istima’ siswa setelah
dan sebelum memakai media Audio Visual dalam pembelajaran Istima’
(Mendengar) Bahasa Arab.
1.
Rumusan
masalah : Apakah akan ada perbedaan kemampuan Istima’ (Mendengar) siswa
setelah dan sebelum memakai media Audio Visual dalam pembelajaran Istima’.
2.
Ho:
Tidak ada perbedaan kemampuan Istima’ (Mendengar) siswa setelah dan
sebelum memakai media Audio Visual dalam pembelajaran Istima’.
3.
Ha: Ada
perbedaan kemampuan Istima’ (Mendengar) siswa setelah dan sebelum
memakai media Audio Visual dalam pembelajaran Istima’.
c.
Hipotesis
Asosiatif
Hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan
masalah asosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau
lebih. Contoh: Seorang
peneliti ingin mengetahui Penguasaan kaidah Nahwu dan Shorof siswa terhadap
Kemampuan Qiro’ah (Membaca) teks arab gundul. Peneliti ingin mengetahui
apakah ada pengaruh penguasaan kaidah Nahwu dan Shorof terhadap Kemampuan Qiro’ah
(Membaca) teks arab gundul .
1.
Rumusan masalah : Apakah Ada hubungan
antara Kemampuan Qiro’ah (Membaca) Teks Arab gundul dengan penguasaan
kaidah Nahwu dan Shorof?
2.
Ho: Tidak Ada hubungan Kemampuan Qiro’ah
(Membaca) Teks Arab gundul dengan penguasaan kaidah Nahwu dan Shorof.
3.
Ha : Ada hubungan Kemampuan Qiro’ah
(Membaca) Teks Arab gundul dengan penguasaan kaidah Nahwu dan Shorof.
D.
Karakteristik Hipotesis
Karakteristik
hipotesis menurut sugiyono, sebagai berikut:
a.
Merupakan
dugaan terhadap keadaan variabel mandiri, perbandingan keaadaan variabel pada
berbagai sampel, dan merupakan dugaan tentang hubungan antara dua variable atau
lebih.
b.
Dinyatakan
dalam kalimat yang jelas, sehingga tidak menimbulkan berbagai penafsiran.
c.
Dapat
diuji dengan data yang dikumpulkan dengan metode-metode ilmiah.
Adapun
menurut Borg dan Gall dalam Yatim Riyanto dan Suharsimi Arikunto mengatakan
bahwa hipotesis yang baik harus memenuhi empat kriteria, yaitu:
a.
Hipotesis hendaknya merupakan rumusan tentang hubungan
antara dua variabel atau lebih.
b.
Hipotesis yang dirumuskan hendaknya disertai dengan alasan
atau dasar-dasar teoritis dan hasil penemuan terdahulu. Walaupun hipotesis baru
merupakan jawaban atau dugaan yang harus diuji kebenarannya, dan dari
pengujiannya itu ada kemungkinan terbukti atau tidak, namun peneliti tidak
boleh sembarang menduga. Pemilihan alternatif dugaan tersebut harus dilakukan
secara professional ilmiah yang disertai dengan argumentasi yang kokoh.
c.
Hipotesis harus dapat diuji. Berdasarkan kriteria ini
peneliti dituntut agar mampu mencari data yang akan digunakan untuk membuktikan
hipotesisnya.
d.
Rumusan hipotesis hendaknya singkat dan padat. Berdasarkan kriteria
ini hipotesis tidak boleh menggunakan kiasan kata yang tidak atau kurang
bermakna. Hipotesis merupakan pernyataan suatu kebenaran. Agar kebenaran
tersebut dapat dengan cepat dan mudah dipahami maka sudah selayaknya kalau
rumusannya singkat dan padat.
E. Perumusan
Hipotesis
Di dalam hipotesis terkandung suatu ramalan. Ketetapan
ramalan itu tentu tergantung pada penguasaan peneliti itu atas ketetapan
landasan teoritis dan generalisasi yang telah dibacakan pada sumber-sumber
acuan ketika melakukan telaah pustaka. Menggali dan merumuskan hipotesis
mempunyai seni tersendiri. peneliti harus sanggup memfokuskan permasalahan
sehingga hubungan-hubungan yang terjadi dapat diterka. Dalam menggali
hipotesis, peneliti harus:
1.
Mempunyai banyak informasi tentang masalah yang ingin
dipecahkan dengan cara banyak membaca literature-literatur yang ada hubungannya
dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.
2.
Mempunyai kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang
tempat-tempat, objek-objek, serta hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam
masalah yang sedang diselidiki.
3.
Mempunyai kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan
keadaan lainnya yang sesuai dengan kerangka teori ilmu dan bidang yang
bersangkutan.
Perumusan hipotesis yang baik dan
tepat setidaknya menurut indrianto dan supomo antara lain dengan
mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu sebagai acuannya dan penjelasan
sebagai berikut :
a. Berupa pernyataan yang mengarah
kepada tujuan penelitian
Tujuan penelitian adalah memecahkan
masalah atau untuk menjawab pernyataan penelitian hipotesis dalam penelitian kuantitaf,
merupakan jawaban rasional yang deduksi dari konsep-konsep dan teori teori yang
sudah ada.
b. Berupa pernyataan yang dirumuskan
dengan maksud ingin diuji secara empiris.
Tujuan penelitian ( Penelitian Dasar ) adalah menguji
teoritis dan hipotesis maka akar dapat diuji.
c. Berupa pernyataan-pernyataan yang
dikembangakan berdasarkan teori-teori lebih kuat jika dibandingkan dengan
hipotesis lawannya. Berapa teori kemungkinan saling bertentangan satu sama
lain, atau terdapat teori yang satu lebih kuat dengan teori lainnya. Hipotesis
yang dikembangkan oleh peneliti harus mempunyai dukungan landasan teoritis
lebih kuat, dari pada alternatif. Dapat terjadi hipotesis lainnya kemungkinan
dikembangakan melalui teori-teori yang lainnya.
F.
Konsep Dasar Pengujian Hipotesis
Hipotesis
diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.
Kebenaran dari hipotesis itu harus dibuktikan melalui data yang terkumpul.
Pengertian hipotesis tersebut adalah untuk hipotesis penelitian. Sedangkan
secara statistic hipotesis diartikan sebagai pernyataan mengenai keadaan
populasi (parameter) yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang
diperoleh dari sampel penelitian (statistik). Jadi maksudnya adalah taksiran
keadaan populasi melalui data sampel. Oleh karena itu dalam statistic yang
diuji adalah hipotesis nol. Sebagaimana yang dikemukakan oleh emory (1985) “The
null hypothesis is used for testing. It is statement that no different exists
between the parameter and statistic being compared”. Jadi hipotesis nol
adalah pernyataan tidak adanya perbedaan antara parameter dengan statistik
(data sampel). Lawan dari hipotesis nol adalah hipotesis alternative, yang
menyatakan ada perbedaan antara parameter dan statistic. Hipotesis nol diberi
notasi Ho, dan hipotesis alternatif diberi notasi Ha.
1.
Taraf
kesalahan
Pada dasarnya menguji hipotesis itu adalah menaksir parameter
populasi berdasarkan data sampel. Terdapat dua cara menaksir yaitu, a point
estimate dan interval estimate. A point estimate (titik sasaran) adalah suatu
taksiran parameter populasi berdasarkan satu nilai dari rata-rata data sampel.
Sedangkan interval estimate (taksiran interval) adalah suatu taksiran parameter
populasi berdasarkan nilai interval rata-rata data sampel.
2.
Dua
kesalahan dalam menguji hipotesis
Dalam menaksir parameter populasi berdasarkan data sampel,
kemungkinan akan terdapat dua kesalahan yaitu:
a.
Kesalahan
tipe I adalah suatu kesalahan bila menolak hipotesis nol (Ho) yang benar
(seharusnya diterima). Dalam hal ini tingkat kesalahannya dinyatakan dengan α
(baca alpha).
b.
Kesalahan
tipe II adalah kesalahan bila menerima hipotesis yang salah (seharusnya
ditolak). Tingkat kesalahan untuk ini dinyatakan dengan β (baca beta).
Berdasarkan hal
tersebut, maka hubungan antara keputusan menolak atau menerima hipotesis dapat
ditabelkan sebagai berikut:
Keputusan
|
Keadaan Sebenarnya
|
|
Hipotesis Benar
|
Hipotesis salah
|
|
Terima hipotesis
|
Tidak membuat kesalahan
|
Kesalahan tipe II (β)
|
Menolak hipotesis
|
Kesalahan tipe I (α)
|
Tidak membuat kesalahan
|
Dari tabel
diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.
Keputusan
menerima hipotesis nol yang benar, berarti tidak membuat kesalahan.
2.
Keputusan
menerima hipotesis nol yang salah, berarti terjadi kesalahan tipe II.
(β)
3.
Membuat
keputusan menolak hipotesis nol yang benar, berarti terjadi kesalahan
tipe I. (α)
4.
Keputusan
menolak hipotesis nol yang salah, berarti tidak membuat kesalahan.
3.
Macam-macam
pengujian hipotesis
Terdapat tiga macam bentuk pengujian hipotesis, yaitu uji dua pihak
(two tail), pihak kanan, dan pihak kiri (One Tail). Jenis uji mana yang
akan dipakai tergantung pada bunyi kalimat hipotesis.
a.
Uji Dua
Pihak (Two Tail Test)
Uji
dua pihak digunakan bila hipotesis nol (Ho) berbunyi “sama dengan” dan
hipotesis alternatifnya (Ha) berbunyi “tidak sama dengan” (Ho = ; Ha ≠).
b.
Uji One
Tail
1.
Uji
pihak kiri
Uji
pihak kiri digunakan apabila: hipotesis nol (Ho) berbunyi “lebih besar atau
sama dengan” (≥) dan hipotesis alternatifnya berbunyi “lebih kecil” (<),
kata lebih kecil atau sama dengan sinonim “kata paling sedikit atau paling
kecil”.
2.
Uji
pihak kanan
Uji
pihak kanan digunakan apabila hipotesis nol (Ho) berbunyi “lebih kecil atau
sama dengan (≤) dan hipotesis alternatifnya (Ha) berbunyi “lebih besar” (>).
Kalimat lebih kecil atau sama dengan sinonim dengan kata “paling besar”.
G.
Pengujian Hipotesis
Sebagaimana
dikemukakan oleh Donald Ary dalam Arief Furchan dan Yatim Riyanto bahwa untuk
menguji hipotesis, peneliti perlu:
a. Menarik simpulan tentang konsekuensi
yang akan dapat diamati apabila hipotesis itu benar.
b. Memilih metode penelitian yang akan
memungkinkan pengamatan, eksperimentasi, atau prosedur lain yang diperlukan
untuk menunjukkan apakah akibat-akibat itu benar atau tidak.
c. Mengumpulkan data yang dapat
dianalisis untuk menunjukkan apakah hipotesis tersebut didukung oleh data atau
tidak.
Pengujian ini
bertujuan sebagai penjajakan (eksplorasi), deskriptif, dan uji hipotesis.
Pengujian hipotesis merupakan proses yang cukup panjang dan memerlukan akurasi
yang tepat dan sistematis, apalagi data yang diteliti adalah data sampel yang
merupakan bagian dari populasi. Pengujian hipotesis ini adalah ekspektasi
peneliti mengenai karakteristik tertentu suatu populasi yang didukung dengan
landasan konseptual tertentu untuk diuji kebenarannya. Langkah selanjutnya
yaitu membuat keputusan untuk menerima atau menolak hipotesis yang diajukan
oleh peneliti tersebut.
Suatu uji
hipotesis dikatakan ditolak, jika dari uji statistika yang dilakukan, peneliti
memperoleh hasil akhir bahwa hipotesis nihil yang diajukan peneliti ditolak
karena perbedaan hasil variabel yang terjadi bukan disebabkan oleh suatu
kebetulan namun didukung dengan data yang ada di lapangan. Dan dapat pula
karena hipotesis pendamping, hasil statistiknya didukung atau diterima sebagai
hal yang benar. Maksudnya dalam suatu hipotesis statistik, antara hipotesis nol
(H0) dan alternatif (Ha), jika salah satu ditolak, maka
yang lainnya pasti diterima sehingga dapat dibuat keputusan secara tegas yaitu
H0 = ditolak, dan Ha = diterima.
Dan suatu
hipotesis dikatakan diterima, jika hipotesis yang diturunkan dari hasil
kesimpulan kajian teoristis tidak ditolak. Jika tes statistika menerima
hipotesis nihil, hal ini berarti bahwa perbedaan yang dihasilkan dari proses
pengkajian pustaka hanya disebabkan oleh kesalahan tidak disengaja waktu
mengambil data di lapangan. Atau hipotesis riset yang telah diajukan peneliti
sebagai hipotesis pendamping, ditolak atau tidak didukung oleh informasi yang
ada.
BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hipotesis merupakan jawaban
sementara atas suatu penelitian, yang di mana jawaban tersebut masih memerlukan
pembuktian yang empiris. Penelitian yang dilakukan sebenarnya tidak semata-mata
ditujukan untuk hipotesis yang diajukan, tetapi bertuan menemukan fakta yang
ada dan terjadi di lapangan.
B.
Penutup
Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu dan senantiasa diberikan kemudahan oleh allah swt. Kami menyadari dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu kami senantiasa
meminta saran dan kritik yang sifatnya membangun kepada semua pihak guna kesempurnaan makalah
ini. Dan semoga makalah ini bermanfaat khususnya kepada penulis dan umumnya
bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D), Bandung:
Alfabeta, 2016.
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, Jakarta: Kharisma
Putra Utama, 2013.
Moh.
Nazir, Metodologi Penelitian,
Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003.
Nurul
Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan
Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009
Margono,
Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar