Hipotesis

Oleh : Khabibul Khoiri dan Arina Wahyuni

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
            Penelitian merupakan suatu kegiatan untuk mencari jawaban dari sebuah persoalan melalui pengumpulan data berdasarkan hasil analisa dalam proses penelitian. Penelitian dipandang sebagai upaya menjawab pemasalahan secara sistematik dengan metode-metode tertentu melalui pengmpulan data empiris, mengolah, dan menarik kesimpulan atas jawaban suatu masalah. Dalam melakukan penelitian seseorang dihadapkan pada permasalahan dan harus mencari jalan keluarnya, dengan cara mengumpulkan data dan informasi yang relevan. Dugaan atau perkiraan semacam ini biasanya disebut dengan hipotesis.
B.     Rumusan Masalah
1.    Apa Pengertian Hipotesis ?
2.    Apasajakah  Jenis-Jenis Hipotesis ?
3.    Apasajakah Bentuk-Bentuk Hipotesis ?
4.    Bagaimanakah Karakteristik Hipotesis ?
5.    Bagaimanakah Perumusan Hipotesis ?
6.    Bagaimanakah Konsep Dasar Pengujian Hipotesis ?
7.    Bagaimanakah Pengujian Hipotesis ?
C.    Tujuan
1.    Untuk Mengetahui Pengertian Hipotesis.
2.    Untuk Mengetahui Jenis-Jenis Hipotesis.
3.    Untuk Mengetahui Bentuk-Bentuk Hipotesis.
4.    Untuk Mengetahui Karakteristik Hipotesis.
5.    Untuk Mengetahui Perumusan Hipotesis.
6.    Untuk Mengetahui Konsep Dasar Pengujian Hipotesis.
7.    Untuk Mengetahui Pengujian Hipotesis. 

BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Hipotesis
Hipotesis berasal dari dua suku kata yaitu, Hypo (Belum Tentu Benar) dan Thesis (Kesimpulan). Jadi hipotesis adalah hasil atau kesimpulan yang ditentukan dari sebuah penelitian yang belum tentu kebenarannya, dan baru akan menjadi benar jika sudah disertai dengan bukti-bukti.
Adapun definisi hipotesis menurut beberapa ahli antara lain:
a.         Menurut Sugiyono, Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.
b.        Menurut Uma Sekaran, mendefinisikan hipotesis sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis di antara dua atau lebih variabel yang diungkap dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji.
c.         Fraenkel dan Wallen, berpendapat bahwa hipotesis merupakan prediksi mengenai kemungkinan hasil dari suatu penelitian.
d.        Suharsimi Arikunto, mendefinisikan bahwa hipotesis sebagai alternatif dugaan jawaban yang dibuat oleh peneliti bagi problematika yang diajukan dalam penelitiannya.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan sampai terbukti melalui data yang terkumpul dengan menggunakan metode-metode penelitian yang relevan. Apabila peneliti telah mendalami permasalahan penelitian dengan seksama dan menetapkan anggapan dasar maka peneliti harus  menguji untuk menghasilkan keputusan atau kesimpulan yang tepat. Sedangkan Secara garis besar kegunaan hipotesis itu sendiri adalah:
a.       Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan penelitian dan kerja penelitian.
b.      Menyiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta yang kadangkala hilang begitu saja dari perhatian peneliti.
c.       Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-berai tanpa koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting yang menyeluruh.
d.      Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta.

B.       Jenis-jenis Hipotesis
Adapun jenis-jenis hipotesis, yaitu :
1.      Hipotesis Penelitian
Hipotesis Penelitian adalah hipotesis yang mengandung pernyataan mengenai hubungan atau pengaruh, baik secara positif atau secara negatif antara dua variable atau lebih sesuai dengan teori. Jenis hipotesis ini juga sering disebut sebagai hipotesis yang dilihat dari sifat variabel yang akan diuji.  Dilihat dari sifat yang akan diuji, hipotesis penelitian dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
(1) hipotesis tentang hubungan.
(2) hipotesis tentang perbedaan.
Hipotesis tentang hubungan yaitu hipotesis yang menyatakan tentang saling hubungan antara dua variabel atau lebih, mengacu ke penelitian korelasional. Hubungan antara variabel tersebut dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
(a). hubungan yang sifatnya sejajar tidak timbal balik.
(b). hubungan yang sifatnya sejajar timbal balik.
(c). hubungan yang menunjuk pada sebab akibat tetapi tidak timbal balik.
Sedangkan hipotesis tentang perbedaan, yaitu hipotesis yang menyatakan perbedaan dalam variabel tertentu pada kelompok yang berbeda. Hipotesis tentang perbedaan ini mendasari berbagai penelitian komparatif dan eksperimen.
2.      Hipotesis dilihat dari kategori rumusannya (Hipotesis Statistik)
Menurut Yatim Riyanto hipotesis dilihat dari kategori rumusannya dibagi menjadi dua, yaitu :
(1) Hipotesis Nihil (Null Hypotheses) yang biasa disingkat dengan Ho.
(2) Hipotesis Alternative (Alternative Hypotheses) yang biasa disingkat dengan Ha.
Hipotesis nihil (Ho), yaitu hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan antara suatu variabel dengan variabel yang lain. Contohnya, Tidak ada hubungan antara penguasaan Mufrodat (Kosakata) siswa terhadap kemampuan Kalam (Berbicara) Bahasa Arab.
Sedangkan hipotesis alternatif (Ho) yaitu hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara suatu variabel dengan variabel yang lain. Contohnya, Ada hubungan antara penguasaan Mufrodat (Kosakata) siswa terhadap kemampuan Kalam (Berbicara) Bahasa Arab.
Hipotesis alternatif ada dua macam, yaitu Directional Hipotheses (hipotesis terarah) dan Non Directional Hipotheses (hipotesis tak terarah).
a.       Hipotesis Terarah (Directional Hipotheses) adalah hipotesis yang diajukan oleh peneliti, di mana peneliti sudah menemukan dengan tegas yang menyatakan bahwa variabel independent memang sudah diprediksi berpengaruh terhadap variabel dependent. Misalnya : Kemampuan Kalam (Bicara) siswa yang berada di Lingkungan Bahasa Arab (Bi’ah Al-‘Arobiyyah) lebih tinggi daripada siswa yang berada di Lingkungan umum.
b.      Hipotesis Tak Terarah (Non Directional Hipotheses) adalah hipotesis yang diajukan dan dirumuskan oleh peneliti tampak belum tegas bahwa variabel independent berpengaruh terhadap variabel dependent. Frankel dan Wallen menyatakan bahwa hipotesis tak terarah menggambarkan bahwa peneliti tidak menyusun prediksi secara spesifik tentang arah hasil penelitian yang akan dilakukan. Misalnya: Ada perbedaan pengaruh antara Lingkungan Bahasa Arab (Bi’ah Al-Arobiyyah) dan lingkungan umum terhadap kemampuan Kalam (Bicara) siswa.
3.      Jenis hipotesis yang dilihat dari keluasan atau lingkup variabel yang diuji
Ditinjau dari keluasan dan lingkupnya, dapat dibedakan menjadi hipotesis mayor dan hipotesis minor. Hipotesis mayor adalah hipotesis yang mencakup kaitan seluruh variabel dan seluruh subjek penelitian. Sedangkan hipotesis minor adalah hipotesis yang terdiri dari bagian-bagian atau sub-sub dari hipotesis mayor (jabaran dari hipotesis mayor).
Contoh hipotesis mayor : Ada hubungan antara penguasaan Mufrodat (Kosakata) siswa terhadap kemampuan Kalam (Berbicara) Bahasa Arab.
Contoh hipotesis minor :
a.         Ada hubungan antara penguasaan Mufrodat (Kosakata) siswa terhadap kemampuan Kalam (Berbicara) Bahasa Arab.
b.    Ada hubungan antara jumlah Mufrodat (Kosakata) yang dikuasai terhadap kemampuan Kalam (Berbicara) Bahasa Arab.
c.    Ada hubungan antara kualitas hafalan Mufrodat (Kosakata) siswa terhadap kemampuan Kalam (Berbicara) Bahasa Arab.

C.      Bentuk-bentuk Hipotesis
Bentuk-bentuk hipotesis penelitian sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian. Bila dilihat dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah penelitian ada tiga yaitu; Rumusan Masalah Deskriptif (Variable Mandiri), Komparatif (Perbandingan), dan Asosiatif (Hubungan). Oleh karena itu, maka bentuk hipotesis penelitian juga ada tiga yaitu hipotesis Deskriptif, Komparatif, dan Asosiatif atau hubungan.
a.       Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap masalah deskriptif, yaitu yang berkenaan dengan variable mandiri. Contoh: Seorang peneliti ingin mengetahui pengaruh metode Qiyasiyyah. Peneliti ingin mengetahui apakah ada pengaruh mengenai keunggulan metode Qiyasiyyah terhadap penguasaan ilmu nahwu siswa.
1.        Rumusan masalah : Apakah ada pengaruh mengenai keunggulan metode Qiyasiyyah terhadap penguasaan ilmu nahwu siswa.?
2.        Ho : Tidak Ada pengaruh mengenai keunggulan metode Qiyasiyyah terhadap penguasaan ilmu nahwu siswa.
3.        Ha : Ada pengaruh mengenai keunggulan metode Qiyasiyyah terhadap penguasaan ilmu nahwu siswa.
b.      Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah komparatif. Pada rumusan ini, variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda.
Peneliti ingin mengetahui manfaat media Audio Visual terhadap kemampuan Istima’ (Mendengar) bahasa arab siswa MTs An-Nawawi . Peneliti berasumsi akan ada perbedaan kemampuan Istima’ siswa setelah dan sebelum memakai media Audio Visual dalam pembelajaran Istima’ (Mendengar) Bahasa Arab.
1.        Rumusan masalah : Apakah akan ada perbedaan kemampuan Istima’ (Mendengar) siswa setelah dan sebelum memakai media Audio Visual dalam pembelajaran Istima’.
2.        Ho: Tidak ada perbedaan kemampuan Istima’ (Mendengar) siswa setelah dan sebelum memakai media Audio Visual dalam pembelajaran Istima’.
3.        Ha: Ada perbedaan kemampuan Istima’ (Mendengar) siswa setelah dan sebelum memakai media Audio Visual dalam pembelajaran Istima’.
c.       Hipotesis Asosiatif
Hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Contoh: Seorang peneliti ingin mengetahui Penguasaan kaidah Nahwu dan Shorof siswa terhadap Kemampuan Qiro’ah (Membaca) teks arab gundul. Peneliti ingin mengetahui apakah ada pengaruh penguasaan kaidah Nahwu dan Shorof terhadap Kemampuan Qiro’ah (Membaca) teks arab gundul .
1.        Rumusan masalah : Apakah Ada hubungan antara Kemampuan Qiro’ah (Membaca) Teks Arab gundul dengan penguasaan kaidah Nahwu dan Shorof?
2.        Ho: Tidak Ada hubungan Kemampuan Qiro’ah (Membaca) Teks Arab gundul dengan penguasaan kaidah Nahwu dan Shorof.
3.        Ha : Ada hubungan Kemampuan Qiro’ah (Membaca) Teks Arab gundul dengan penguasaan kaidah Nahwu dan Shorof.

D.      Karakteristik Hipotesis
Karakteristik hipotesis menurut sugiyono, sebagai berikut:
a.       Merupakan dugaan terhadap keadaan variabel mandiri, perbandingan keaadaan variabel pada berbagai sampel, dan merupakan dugaan tentang hubungan antara dua variable atau lebih.
b.      Dinyatakan dalam kalimat yang jelas, sehingga tidak menimbulkan berbagai penafsiran.
c.       Dapat diuji dengan data yang dikumpulkan dengan metode-metode ilmiah.
Adapun menurut Borg dan Gall dalam Yatim Riyanto dan Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa hipotesis yang baik harus memenuhi empat kriteria, yaitu:
a.         Hipotesis hendaknya merupakan rumusan tentang hubungan antara dua variabel atau lebih.
b.        Hipotesis yang dirumuskan hendaknya disertai dengan alasan atau dasar-dasar teoritis dan hasil penemuan terdahulu. Walaupun hipotesis baru merupakan jawaban atau dugaan yang harus diuji kebenarannya, dan dari pengujiannya itu ada kemungkinan terbukti atau tidak, namun peneliti tidak boleh sembarang menduga. Pemilihan alternatif dugaan tersebut harus dilakukan secara professional ilmiah yang disertai dengan argumentasi yang kokoh.
c.         Hipotesis harus dapat diuji. Berdasarkan kriteria ini peneliti dituntut agar mampu mencari data yang akan digunakan untuk membuktikan hipotesisnya.
d.        Rumusan hipotesis hendaknya singkat dan padat. Berdasarkan kriteria ini hipotesis tidak boleh menggunakan kiasan kata yang tidak atau kurang bermakna. Hipotesis merupakan pernyataan suatu kebenaran. Agar kebenaran tersebut dapat dengan cepat dan mudah dipahami maka sudah selayaknya kalau rumusannya singkat dan padat.

E.       Perumusan Hipotesis
Di dalam hipotesis terkandung suatu ramalan. Ketetapan ramalan itu tentu tergantung pada penguasaan peneliti itu atas ketetapan landasan teoritis dan generalisasi yang telah dibacakan pada sumber-sumber acuan ketika melakukan telaah pustaka. Menggali dan merumuskan hipotesis mempunyai seni tersendiri. peneliti harus sanggup memfokuskan permasalahan sehingga hubungan-hubungan yang terjadi dapat diterka. Dalam menggali hipotesis, peneliti harus:
1.        Mempunyai banyak informasi tentang masalah yang ingin dipecahkan dengan cara banyak membaca literature-literatur yang ada hubungannya dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.
2.        Mempunyai kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang tempat-tempat, objek-objek, serta hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam masalah yang sedang diselidiki.
3.        Mempunyai kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan keadaan lainnya yang sesuai dengan kerangka teori ilmu dan bidang yang bersangkutan.
Perumusan hipotesis yang baik dan tepat setidaknya menurut indrianto dan supomo antara lain dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu sebagai acuannya dan penjelasan sebagai berikut :
a.       Berupa pernyataan yang mengarah kepada tujuan penelitian
Tujuan penelitian adalah memecahkan masalah atau untuk menjawab pernyataan penelitian hipotesis dalam penelitian kuantitaf, merupakan jawaban rasional yang deduksi dari konsep-konsep dan teori teori yang sudah ada.
b.      Berupa pernyataan yang dirumuskan dengan maksud ingin diuji secara empiris.
Tujuan penelitian ( Penelitian Dasar ) adalah menguji teoritis dan hipotesis maka akar dapat diuji.
c.       Berupa pernyataan-pernyataan yang dikembangakan berdasarkan teori-teori lebih kuat jika dibandingkan dengan hipotesis lawannya. Berapa teori kemungkinan saling bertentangan satu sama lain, atau terdapat teori yang satu lebih kuat dengan teori lainnya. Hipotesis yang dikembangkan oleh peneliti harus mempunyai dukungan landasan teoritis lebih kuat, dari pada alternatif. Dapat terjadi hipotesis lainnya kemungkinan dikembangakan melalui teori-teori yang lainnya.

F.       Konsep Dasar Pengujian Hipotesis
Hipotesis diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Kebenaran dari hipotesis itu harus dibuktikan melalui data yang terkumpul. Pengertian hipotesis tersebut adalah untuk hipotesis penelitian. Sedangkan secara statistic hipotesis diartikan sebagai pernyataan mengenai keadaan populasi (parameter) yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian (statistik). Jadi maksudnya adalah taksiran keadaan populasi melalui data sampel. Oleh karena itu dalam statistic yang diuji adalah hipotesis nol. Sebagaimana yang dikemukakan oleh emory (1985) “The null hypothesis is used for testing. It is statement that no different exists between the parameter and statistic being compared”. Jadi hipotesis nol adalah pernyataan tidak adanya perbedaan antara parameter dengan statistik (data sampel). Lawan dari hipotesis nol adalah hipotesis alternative, yang menyatakan ada perbedaan antara parameter dan statistic. Hipotesis nol diberi notasi Ho, dan hipotesis alternatif diberi notasi Ha.
1.        Taraf kesalahan
Pada dasarnya menguji hipotesis itu adalah menaksir parameter populasi berdasarkan data sampel. Terdapat dua cara menaksir yaitu, a point estimate dan interval estimate. A point estimate (titik sasaran) adalah suatu taksiran parameter populasi berdasarkan satu nilai dari rata-rata data sampel. Sedangkan interval estimate (taksiran interval) adalah suatu taksiran parameter populasi berdasarkan nilai interval rata-rata data sampel.
2.        Dua kesalahan dalam menguji hipotesis
Dalam menaksir parameter populasi berdasarkan data sampel, kemungkinan akan terdapat dua kesalahan yaitu:
a.         Kesalahan tipe I adalah suatu kesalahan bila menolak hipotesis nol (Ho) yang benar (seharusnya diterima). Dalam hal ini tingkat kesalahannya dinyatakan dengan α (baca alpha).
b.        Kesalahan tipe II adalah kesalahan bila menerima hipotesis yang salah (seharusnya ditolak). Tingkat kesalahan untuk ini dinyatakan dengan β (baca beta).
Berdasarkan hal tersebut, maka hubungan antara keputusan menolak atau menerima hipotesis dapat ditabelkan sebagai berikut:

Keputusan
Keadaan Sebenarnya
Hipotesis Benar
Hipotesis salah
Terima hipotesis
Tidak membuat kesalahan
Kesalahan tipe II (β)
Menolak hipotesis
Kesalahan tipe I (α)
Tidak membuat kesalahan

Dari tabel diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.        Keputusan menerima hipotesis nol yang benar, berarti tidak membuat kesalahan.
2.        Keputusan menerima hipotesis nol yang salah, berarti terjadi kesalahan tipe II. (β)
3.        Membuat keputusan menolak hipotesis nol yang benar, berarti terjadi kesalahan tipe I. (α)
4.        Keputusan menolak hipotesis nol yang salah, berarti tidak membuat kesalahan.

3.      Macam-macam pengujian hipotesis
Terdapat tiga macam bentuk pengujian hipotesis, yaitu uji dua pihak (two tail), pihak kanan, dan pihak kiri (One Tail). Jenis uji mana yang akan dipakai tergantung pada bunyi kalimat hipotesis.
a.       Uji Dua Pihak (Two Tail Test)
Uji dua pihak digunakan bila hipotesis nol (Ho) berbunyi “sama dengan” dan hipotesis alternatifnya (Ha) berbunyi “tidak sama dengan” (Ho = ; Ha ≠).
b.      Uji One Tail
1.      Uji pihak kiri
Uji pihak kiri digunakan apabila: hipotesis nol (Ho) berbunyi “lebih besar atau sama dengan” (≥) dan hipotesis alternatifnya berbunyi “lebih kecil” (<), kata lebih kecil atau sama dengan sinonim “kata paling sedikit atau paling kecil”.
2.      Uji pihak kanan
Uji pihak kanan digunakan apabila hipotesis nol (Ho) berbunyi “lebih kecil atau sama dengan (≤) dan hipotesis alternatifnya (Ha) berbunyi “lebih besar” (>). Kalimat lebih kecil atau sama dengan sinonim dengan kata “paling besar”.

G.    Pengujian Hipotesis
Sebagaimana dikemukakan oleh Donald Ary dalam Arief Furchan dan Yatim Riyanto bahwa untuk menguji hipotesis, peneliti perlu:
a.    Menarik simpulan tentang konsekuensi yang akan dapat diamati apabila hipotesis itu benar.
b.    Memilih metode penelitian yang akan memungkinkan pengamatan, eksperimentasi, atau prosedur lain yang diperlukan untuk menunjukkan apakah akibat-akibat itu benar atau tidak.
c.    Mengumpulkan data yang dapat dianalisis untuk menunjukkan apakah hipotesis tersebut didukung oleh data atau tidak.
Pengujian ini bertujuan sebagai penjajakan (eksplorasi), deskriptif, dan uji hipotesis. Pengujian hipotesis merupakan proses yang cukup panjang dan memerlukan akurasi yang tepat dan sistematis, apalagi data yang diteliti adalah data sampel yang merupakan bagian dari populasi. Pengujian hipotesis ini adalah ekspektasi peneliti mengenai karakteristik tertentu suatu populasi yang didukung dengan landasan konseptual tertentu untuk diuji kebenarannya. Langkah selanjutnya yaitu membuat keputusan untuk menerima atau menolak hipotesis yang diajukan oleh peneliti tersebut.
Suatu uji hipotesis dikatakan ditolak, jika dari uji statistika yang dilakukan, peneliti memperoleh hasil akhir bahwa hipotesis nihil yang diajukan peneliti ditolak karena perbedaan hasil variabel yang terjadi bukan disebabkan oleh suatu kebetulan namun didukung dengan data yang ada di lapangan. Dan dapat pula karena hipotesis pendamping, hasil statistiknya didukung atau diterima sebagai hal yang benar. Maksudnya dalam suatu hipotesis statistik, antara hipotesis nol (H0) dan alternatif (Ha), jika salah satu ditolak, maka yang lainnya pasti diterima sehingga dapat dibuat keputusan secara tegas yaitu H0 = ditolak, dan Ha = diterima.
Dan suatu hipotesis dikatakan diterima, jika hipotesis yang diturunkan dari hasil kesimpulan kajian teoristis tidak ditolak. Jika tes statistika menerima hipotesis nihil, hal ini berarti bahwa perbedaan yang dihasilkan dari proses pengkajian pustaka hanya disebabkan oleh kesalahan tidak disengaja waktu mengambil data di lapangan. Atau hipotesis riset yang telah diajukan peneliti sebagai hipotesis pendamping, ditolak atau tidak didukung oleh informasi yang ada.

BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP
A.  Kesimpulan
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu penelitian, yang di mana jawaban tersebut masih memerlukan pembuktian yang empiris. Penelitian yang dilakukan sebenarnya tidak semata-mata ditujukan untuk hipotesis yang diajukan, tetapi bertuan menemukan fakta yang ada dan terjadi di lapangan.

B.  Penutup
Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu dan senantiasa diberikan kemudahan oleh allah swt. Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu kami senantiasa meminta saran dan kritik yang sifatnya membangun  kepada semua pihak guna kesempurnaan makalah ini. Dan semoga makalah ini bermanfaat khususnya kepada penulis dan umumnya bagi para pembaca.
  

DAFTAR PUSTAKA
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D),    Bandung: Alfabeta, 2016.
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2013.
Moh. Nazir, Metodologi Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003.
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2010


Tidak ada komentar:

Posting Komentar